Friday, August 23, 2019

REDDIT DARK TALES #19: PISTOL MILIK PAPA


Judul Asli: “Daddy's Gun”

Penulis: low_kix


Melihat interior rumah itu, dengan dinding yang kosong dan kotak-kotak pindahan yang belum dibereskan, seseorang akan berasumsi pria itu baru saja pindah. Namun kenyataannya, ia sudah tinggal di sini selama 5 bulan terakhir.

Setelah putranya meninggal, pernikahannya hancur tanpa perlu menunggu waktu lama. Istrinya, yang sudah sejak lama mengalami depresi, menutup diri setelah kejadian tragis itu. Ia tak pernah berbicara sepatah katapun pada suaminya ataupun kepada orang lain.


Pria itu menganggap bahwa istrinya, sama seperti dirinya sendiri, menyalahkan dirinya atas kematian putra mereka. Pada malam saat peristiwa itu terjadi, ia-lah yang pertama kali menemukan tubuh anaknya, di kamar bocah itu sendiri, dengan pistol miliknya. Itu adalah malam terakhir dimana istrinya sudi berbicara dengannya.

Apa kamu yakin sudah mengunci brankas dimana pistol itu disimpan?” tanya polisi. Di benaknya, pria itu tahu ia sudah menguncinya rapat-rapat. Namun ketika ia hendak membuka mulutnya untuk membela dirinya sendiri, jawaban yang terlontar hanyalah, “ ... saya tidak ingat ...”

Selama ini dia begitu yakin menjaga pistol miliknya di tempat yang aman. Namun ia tak pernah mampu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan polisipun melepaskannya karena menganggap itu hanya kecelakaan. Kelalaian.

Dan kini ... setelah 5 bulan di tempat barunya ... pria itu merasa ia sudah tak mampu lagi hidup dengan rasa bersalah. Ia mungkin tak menarik pelatuknya, namun ia-lah yang telah membunuh anaknya. Ia dengan kelalaiannya. Akhirnya, ia membuka kotak itu. Hanya satu kotak. Dan iapun mengeluarkan pistolnya.

Ia menempelkan moncongnya ke pelipisnya. Matanya menutup dan ia menahan napasnya. Ia kemudian mendengar sesuatu yang memecah konsentrasinya.

Papa ....”

Ia menghembuskan napas dan membuka matanya. Berdiri di depan pintu kamarnya adalah putranya. Psikiaternya pernah mengatakan hal ini mungkin akan terjadi, namun ia tak pernah mengira rasanya akan senyata ini. Ia lalu menatap ke mata putranya dan dengan berlumuran air mata berkata, “Maafkan Papa ...”

Ini bukan salah Papa ...” jawab bocah itu. Dan hanya itulah yang ayah itu perlu dengar. Untuk pertama kalinya, semua rasa bersalah, semua luka, dan siksaan yang ia hidupi selama berbulan-bulan serasa terangkat. Ia jatuh berlutut, meratap, dan menjatuhkan pistolnya ke lantai.

Anak itu melanjutkan.

Ini bukan salah Papa .... Mama yang menembakku.”


2 comments: