Friday, August 23, 2019

REDDIT DARK TALES #13: SIAPA SIH AYAHNYA?


Judul asli: “Who is the Father?”

Penulis: TeslaToth


Ketika kuberitahu orang tuaku bahwa aku hamil, tentu saja pertanyaan pertama mereka – yang diteriakkan dengan muka merah padam kepadaku – adalah, “SIAPA AYAHNYA?”

Sejujurnya, aku sendiri tidak tahu. Aku ingat malam itu – bersama seorang pria berjanggut dengan tatto heavy metal di sekujur tubuhnya – tapi aku mabuk sekali dengan semua narkotika yang kuhisap, hingga aku tak ingat apapun lagi.


Mereka mengirimku ke rumah tanteku yang perawan tua untuk melahirkan anak haramku secara diam-diam. Kini aku tinggal di sebuah kabin kecil di tepi danau dengan pagar kayu dan taman dengan bunga ungu. Mimpi burukku.

Tante Rue adalah seorang wanita tua yang ramah dan selalu memanggang kue-kue dan menyeduh teh dari bunga chamomile. Ia membuatku merasa diterima di rumahnya sndiri. Namun yang paling membuatku sebal adalah ketika ia mengundang teman-temannya untuk bermain kartu bridge. Mereka selalu menanyakanku pertanyaan. Apa saja yang aku makan? Lalu mereka akan merekomendasikan ramuan-ramuan herbal untuk mengurangi rasa sakit pada saat melahirkan. Kadang mereka melemparkan tatapan tak mengenakkan ke arah perutku yang membesar – bahkan terlihat seperti tatapan “lapar” – selalu ingin merasakan saat bayiku menendang, atau hanya berdoa dengan hening sembari mengelilingku.

Dia akan menjadi anak laki-laki yang spesial.” ujar Tante Rue, yang entah mengapa, sudah menebak jenis kelaminnya.

Semua hal ini membuatku gila, tapi aku tetap berusaha bertahan. Bahkan ketika Tante Rue menyarankan agar aku mengurungkan niatku untuk melahirkan di rumah sakit dan membiarkan teman-temannya membantu persalinanku. Jelas tak ada sebersit pikiranku untuk menyetujuinya, namun aku tetap mengangguk dan tersenyum dengan sopan menanggapinya.

Ketika kehamilanku semakin menua, aku mulai mengalami kehilangan kesadaran yang aneh. Aku sedang berbaring di sofa dan tiba-tiba saja terbangun di atas ranjangku di lantai atas, tanpa ingat suatu apapun. Kata Tante Rue, rahimku yang terus tumbuh menekan pembuluh darahku ke otak, sehingga aku tak sadarkan diri. Google pun setuju..

Namun aku juga mulai mengalami mimpi buruk. Mimpi-mimpi itu amat menakutkan dan terlihat nyata. Di mimpi itu, Tante Rue, teman-teman bermain kartunya, bahkan ayah dari bayiku, si sosok berjenggot dengan tato metal itu mengelilingiku sembari mengucap mantra, sementara aku berbaring telanjang di semacam altar, dikelilingi lilin-lilin yang mencair, buku-buku bersampul kulit, bahkan kepala kambing berjanggut hitam yang terpenggal.

Di bulan terakhir kehamilanku, aku memutuskan kabur dari pondok Tante Rue. Aku yakin semuanya hanya ada dalam kepalaku saja – hanya lonjakan hormon yang membuatku berpikiran gila – namun detail-detail aneh mulai muncul di benakku dan mengangguku.

Semuanya yang berbucara denganku – orang tuaku, teman-temanku, saudara, dokter – semuanya menanyakan hal yang sama: “Siapa ayahnya?”

Tapi Tante Rue dan teman-temannya tak pernah menanyakannya, sekalipun.

Seolah-olah mereka sudah tahu jawabannya.

Aku juga ingat bentuk tato-tato yang melekat di tubuh pria yang menghamiliku – tato-tato itu berbentuk pentagram terbalik.

Jadi akupun pergi, mengambil sedikit uang tunai, lalu berkendara tanpa tujuan selama berjam-jam hingga akhirnya aku menemukan sebuah motel di tempat antah-berantah yang bisa kuinapi. Aku berpikir aku akan bersembunyi di sini saja sampai bayiku lahir, lalu minta maaf melalui telepon kepada tante Rue.

Untuk pertama kalinya, akhirnya aku tidur dengan nyenyak.

Namun ketika aku bangun keesokan paginya, aku menciumnya ... bau harum teh herbal chamomile. Juga sebuah kertas catatan tergeletak di dekat bantalku, menunggu untuk kubaca. Di sana ada tulisan tangan Tante Rue.

Saat tiba waktunya, kami akan mengambilnya,” bacaku sembari bergidik, “Dan kami tak perlu menunggu hingga ia dilahirkan.”


5 comments: