Monday, August 5, 2019

#MATILAMPU: BONUS STORY



Aku duduk di salah satu kursi yang masih tersedia di kafe itu. Huh, lagi-lagi mereka salah menulis namaku, keluhku ketika membaca kopiku yang baru saja tiba.

Aku melihat ke sekelilingku. Rupanya tak hanya aku saja yang “mengungsi” ke kafe ini. Gara-gara listrik mati di penjuru Jabodetabek, semua orang kebingungan. Perlu kuingatkan bahwa ini adalah pertengahan musim kemarau, jadi amat panas di luar sana. Karena itu aku memilih ngadem di tempat ini. Tak perlu diragukan lagi bahwa kafe chic ini pastilah memiliki genset pribadi sehingga AC dan wifinya masih menyala.


Kuputuskan menyesap kopiku dan mendengarkan percakapan di sekitarku.

Di depanku ada beberapa mahasiswi bercakap-cakap.

“Aduh, nggak ada sinyal internet nih! Padahal aku mau update status!”
“Pakai aja wifinya kenapa?”

“Lihat aja dong wifinya lemot begini. Gara-gara ada banyak orang di sini sih!”

Huh, nggak bisa update status aja pada ribut, komentarku dengan ketus dalam hati. Dasar anak-anak manja.

Aduh, aku ingin segera pulang. Tapi kudengar MRT tidak beroperasi gara-gara mati lampu ini. Bahkan ada kabar kalau para penumpangnya terjebak di terowongan dan terpaksa dievakuasi. Terbersit keinginan untuk pergi ke sana, tapi nggak lah ... pasti ramai sekali di sana.

Kudengar pula dua ibu-ibu tengah ngobrol di belakangku.

“Duh, kulkas rumah mati. Bagaimana ya dengan ASI-ku yang kutaruh dalam botol. Bayiku pasti rewel nanti.”

“Sama Jeng, aku juga jadi nggak bisa masak. Makananku juga pasti basi semua.”

Huh, kayak gitu aja sudah pada kebingungan. Coba kalian rasakan jika kalian ada di posisiku.

Mayat-mayat yang kukoleksi itu pasti membusuk semua jika freezer di ruang bawah tanahku tidak berfungsi.



5 comments:

  1. yahh persediaan daging qurbannya busuk deh :(

    ReplyDelete
  2. hmm, banyak daging segar di cafe ini . .

    ReplyDelete
  3. Yha beli genset dong om, biar bisa seger terus. Kalo ga punya duit buat beli, kan dalemannya bisa dijual sebagian.

    ReplyDelete