Thursday, October 15, 2015

SILENT HILL – DETOX: CHAPTER 2

 

SCHOOL INCIDENT

byL: Dave Cahyo

SH2

Mizuki menatap bayangannya sendiri di cermin tengah memakai baju sekolah.

“Baju ini mirip sekali seperti yang dikenakan Yuri, gadis misterius itu kemarin.”

Mizuki sebenarnya malas bersekolah. Ia tahu apa yang ia alami takkan jauh-jauh berbeda dengan di sekolah lamanya. Anak-anak manja akan berusaha membully-nya dan berakhir dengan ia mencelakai mereka secara tidak sengaja. Mizuki mulai berpikir, seharusnya orang tuanya tak mengirimkannya ke sekolah biasa, melainkan ke biara Shinto saja.

Gadis itu kemudian menatap ke luar jendela. Mobil sport yang ada di depan rumah merah itu sudah tak terparkir di depannya. Ben pasti sudah berangkat kerja. Padahal Mizuki berharap pemuda itu bisa mengantarnya berangkat ke sekolah.

“Keep dreaming, nona manis!” ia mendengar cemoohan dari belakangnya. Mizuki menoleh dan melihat sepupunya sudah berada di ambang pintu dengan seragam lengkap.

“Sudah siang! Mama menyuruh kita sarapan dulu lalu berangkat.” Ken lalu berbalik setelah mengatakannya.

“Sebentar, seragamku masih belum rapi!” Mizuki kembali menghadap ke kaca, namun jantungnya terasa berhenti berdetak karena kaget saat menatap cerminnya.

Di sana ia melihat huruf kanji merah bertuliskan, “PERGILAH!”

“KEN!!!” jerit Mizuki.

***

 

“Sudah kubilang bukan aku yang melakukannya!” bantah Ken untuk yang kesekian kalinya. Ia lalu mengenakan headphone-nya dan mulai bermain kembali dengan PSP yang dibawanya dari rumah.

Dalam perjalanan ke sekolah, Mizuki tak henti-hentinya cemberut. Mizuki sangat yakin bahwa tulisan itu tak ada sebelumnya dan baru ada setelah tadi ia melihat Ken di ambang pintu. Namun ia juga bingung, sepertinya tadi ia tak melihat sepupunya masuk ke dalam kamarnya. Lalu siapa yang membuat coretan itu di kaca meja riasnya?

“Nih!” Mizuki akhirnya memaafkan keisengan Ken (ia masih menganggap tulisan di cermin itu ulah sepupunya) dan memberikan CD game terbaru “Silent Hill”.

“Wow! Silent Hill edisi terbaru!” Ken yang girang langsung menerimanya. “Kau bawa dari Tokyo ya? Di sini belum keluar soalnya.”

“Ya, seperti itulah. Aneh bukan namanya sama dengan kota ini?”

“Kurasa ini bukan kota yang sama. Aku sudah 6 bulan di sini dan belum ketemu dengan Pyramid Head.”

“Tentu saja, bodoh! Pyramid Head kan hanya tokoh rekaan.”

“Tapi kok aku melihat monster Missionary di sini?”

Missionary_3

“Hah, dimana?” Mizuki menoleh ke kanan dan kiri sebelum sadar bahwa Ken tengah membicarakannya.

“Hei, dasar anak kurang ajar!!!” Mizuki segera mengejarnya, namun Ken sudah keburu kabur.

***

 

Mizuki dan Ken bersekolah di tempat yang sama. Ia melihat anak-anak seusianya masuk melalui gerbang. Baju mereka semuanya rapi. Ah bagus, keluh Mizuki, sekolahan anak orang kaya. Pasti murid di sini manja-manja seperti di sekolahan lamanya.

Namun anehnya, sikap semua anak di sini serius. Ketika Mizuki memperkenalkan diri, tak ada anak yang mencemoohnya seperti di sekolahannya yang lama. Bahkan mereka khusyuk belajar ketika pelajaran berlangsung. Pengetahuan mereka juga luas. Jam pertama saja, sejarah, mereka sudah membahas tentang Perang Dunia 2 dengan detail. Tak ada murid pembuat ulah di sini. Mizuki justru heran melihatnya.

Saat jam istirahat, Mizuki merasa perlu pergi ke kamar mandi. Ia melihat tatapan wajahnya di cermin dan terkejut. Wajahnya tampak pucat. Tak heran, sejak pelajaran tadi dimulai, tubuhnya terasa lemas.

“Kau sakit ya? Ini pasti hari pertamamu di sini.” ujar seorang gadis di sampingnya yang tengah membetulkan make up-nya.

Mizuki mengangguk. “Kau anak baru juga? Aku Mizuki.”

“Namaku Reina. Yah, aku juga merasa lemas juga ketika pertama pindah ke sini. Kurasa itu karena racunnya, radon dalam tanah? Kurasa itu belum sepenuhnya hilang. Namun jangan khawatir, kau akan terbiasa. Banyak-banyak saja minum vitamin.”

Tiba-tiba ia mendengar seseorang menguap di belakang mereka. Mereka menengok ke bilik kamar mandi di belakang mereka yang tiba-tiba terbuka. Seorang pemuda muncul dari baliknya sambil mengucek-ngucek matanya.

“Sudah jam istirahat ya?”

“SOICHI!” jerit Reina, “APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI???”

Pemuda itu masih menguap, “Hoaaaam ... aku tadi bolos terus ketiduran di sini.”

“Bukan itu! Apa yang kau lakukan di kamar mandi perempuan???”

“Hmmm ... aku nggak mau ke kamar mandi cowok. Anak-anak di sana menatapku dengan aneh, sepertinya mereka homo.”

“ITU BUKAN ALASAN! CEPAT PERGI DARI SINI!”

“Dasar orang mesum!” keluh Mizuki, “Ada juga orang seperti ini di kota Silent Hill.”

Mizuki segera mengangkat tangannya ke arah Soichi dan tiba-tiba pemuda itu terpental ke belakang hingga menabrak pipa air. Air ledeng segera berhamburan membanjiri kamar mandi.

“Ayo cepat pergi, Reina ...” Mizuki segera mendorong gadis itu keluar, meninggalkan Soichi sendiri di sana.

“Hei tunggu!” seru Soichi kebasahan, “Kakiku terjebak di kloset ...!!!”

***

 

“Jadi, kau sudah menikmati rumah barumu?”

Mizuki menoleh ketika melihat suara di belakangnya ketika ia melangkah meninggalkan kantin.

“Yuri?” tanyanya terkejut.

“Kuharap tulisan-tulisan itu tidak membuatmu terkejut.”

“Kau tahu tentang tulisan di cermin itu?” Mizuki menatap dengan pandangan curiga, “Apa kau yang melakukannya?”

“Apa kau melihatku di kamarmu tadi pagi?”

Hmmm ... tidak ...”

“Berarti bukan aku pelakunya, kan?” katanya sambil terkekeh.

“Tapi bagaimana kau tahu ... tunggu, kau bilang pernah tinggal di sana kan? Apa hal itu pernah terjadi juga denganmu?”

Yuri berjalan dengan langkah riang, hampir melompat, seperti anak kecil yang manja, “Hmmm ... entahlah. Mungkin ya, mungkin tidak. Tapi kurasa itulah resiko tinggal di bekas rumah Alessa.”

“Apa? Alessa pernah tinggal di rumah itu?”

“Ah, aku bosan menjawab pertanyaanmu. Sebentar lagi pelajaran akan dimulai, aku harus kembali ke kelas. Hmmm ... sekolah menyenangkan sekali bukan? Aku senang sekali bisa kembali bersekolah.”

“Sekolah? Senang? Kau gadis teraneh yang pernah kutemui. Satu-satunya pelajaran yang anak normal sukai adalah pelajaran kosong.”

Yuri kembali terkekeh, “Hahaha ... lebih aneh mana dengan gadis yang bisa mementalkan laki-laki ke pipa air tanpa menyentuhnya.”

Gadis itu beranjak pergi, masih dengan langkah riang yang kekanak-kanakan.

“Hei, Yuri! Tunggu!!!”

“Oya, sekedar saran saja!” teriaknya ketika berjalan menjauh, “Jangan terlalu dekat dengan gaijin itu!”

 

TO BE CONTINUED

4 comments:

  1. Baca kata gaijin jadi inget film Tokyo Drift :-D

    TJ

    ReplyDelete
  2. HHmmm..jadi agak bingung bacanya bang...pas Mizuki nanya Ken soal kesamaan nama kota Silent Hill dengan yg di game.,si Ken dengan acuh bilang gak mungkin kota yang sama...tapi pas si Yuri ngasih tau soal rumah tantenya Mizuki itu bekas rumah Alessa..Mizuki gak heran kok tokoh dalam game bisa ada didunia nyata...Jadi sebenarnya Silent Hill versi game dengan Silent Hill versi kota itu sama gak sih ? sorry blibet..bingung soalnya..hehehe.btw,,nice story...

    ReplyDelete
  3. dan satu lagi bang..kok kayaknya Reina gak terganggu dengan kenyataan kalo Mizuki punya kekuatan super ya?bahkan Soichi yang jadi korban kekuatannya itu juga gak ketakutan..malah cuman bingung karena kakinya kejebak di kloset...apa semua orang disitu punya kekuatan super ya?hehehehe #bingungmodeon

    ReplyDelete