Thursday, October 15, 2015

SILENT HILL – DETOX: CHAPTER 8

PYRAMID HEAD ATTACK!!!

By: Dave Cahyo

SH6

“Semuanya! Kabur!” seru Mizuki. Ia mengarahkan kekuatannya ke pedang makhluk itu sehingga terpental, lepas dari genggamannya. Itu memberikan kesempatan bagi Mizuki dan yang lainnya melarikan diri.

***

 

Akhirnya mereka menemukan ruangan yang aman dan bersembunyi di sana.

“Bagaimana ini?” tanya Reina sambil menangis, “Kita takkan keluar dari sini hidup-hidup! Lihat saja apa yang ia lakukan pada Alessa!”

“Tenanglah, Reina! Kita pasti selamat!” hibur Mizuki. “Ken, kau sering memainkan game ini. Kau pasti tahu cara mengalahkannya!”

“Mustahil! Sudah kubilang tak ada cara untuk mengalahkannya. Kalaupun bisa, kita takkan bisa menduga kedatangannya. Dia selalu muncul tiba-tiba!”

“Tapi bukannya saat main Silent Hill kau selalu meributkan tentang menemukan medali dan segel.” kata Maruko, “Apa itu bisa membantu?”

“Ah iya, Segel Metatron. Kekuatannya memang besar. Tapi kita tak mungkin mencarinya sementara Pyramid Head berkeliaran di luar sana. Jika kita bertemu dengannya lagi, habislah kita!”

“Tunggu ...” Mizuki tiba-tiba teringat sesuatu, “Kekuatan ESP-mu. Kau bisa membaca pikiran kan? Kau pasti bisa membaca pikiran monster itu dan mengetahui kedatangannya.”

“Emmm ... kurasa begitu. Tapi kau juga tahu kan aku hanya bisa berkonsentrasi saat main game. Dan ingat, kau sudah merusak PSP-ku gara-gara kau membanjiri dapur tadi pagi!”

“Sial! Hapeku juga rusak gara-gara banjir tadi pagi.” kata Mizuki.

“Ini pakai hapeku aja.” Reina menyodorkan telepon genggamnya, “Ada banyak game di sana.”

“Ih, Pet Story?”

Pet-Shop-Story

“Tolong dong naikin levelku biar aku bisa beli puppy Shiba Inu. Please ...” Reina merajuk.

“Maaf ya aku nggak main game cewek!”

“Kalau begitu pakai hape Mama saja.” Maruko menyodorkan hapenya.

unnamed (1)

y7_fca01b 

“EEEEEWWW ... BAKE CUPCAKES?” rintih Ken sambil bergidik geli

“Aku nggak bisa main game seperti ini! Harus yang berdarah-darah!”

deadliest-warrior-blood-500

“Oh, mau yang berdarah-darah? Nih, maen game-ku aja.” Soichi menawarkan game dalam handphone-nya.

“Open Heart Surgery Simulator? Me ... memangnya aku anak kecil???”

unnamed (2)

“Ew,” bisik Reina, “Kok maenanmu gituan, Soichi?”

“A ... aku kan kepengen jadi dokter.” ujar Soichi malu-malu.

“KALIAN TUH SATUPUN NGGAK ADA YANG WARAS YA!!!” Ken menangis geram.

“Cuman ada itu gamenya. Sudah, jangan protes terus! Pilih saja salah satu!” perintah Mizuki yang mulai gemas.

“Ya udah deh. Game masak-masakan tadi mana?”

***

 

Mereka berlima berjalan dengan langkah was-was menuju ke sebuah ruangan.

“Aku merasakan Segel Metatron di ruangan ini dan aku juga belum merasakan kehadiran Pyramid Head.” kata Ken dengan terus menatap layar sambil bermain gamenya.

“Baguslah!” ujar Mizuki, “Kalau begitu, Ken berjaga di sini sementara yang lain masuk dan mencari segel itu.”

Mizuki serta yang lain segera masuk dan terkejut melihat sosok yang menanti mereka di sana.

“Hehehe ... apa kabar semua?”

Sosok itu membuat mereka menahan napas. Monster yang mereka hadapi kali ini adalah boneka kelinci mungil bertelinga panjang, namun dengan noda darah di sekujur tubuhnya. Dan boneka itu bisa berbicara. Selain itu, di depan monster itu terdapat meja makan yang berantakan. Sepertinya ia habis berpesta pora menyantap hidangan di atasnya.

robbie_in_silent_hill_by_zlydoc

“Astaga? Makhluk apa lagi itu?” tanya Reina.

“Itu pasti monster suruhan Alessa lagi.” cibir Maruko.

“Jangan tertipu dengan penampilannya yang lucu, girls!” ucap Soichi dengan geram, “Ia pasti memanfaatkan penampilan yang oenjoe untuk memperdaya mangsa-mangsanya. Ia pasti monster yang kejam dan aku nggak mau jadi korbannya!”

“SERANG DIA TEMAN-TEMAN!!!” seru Mizuki.

Dengan serempak mereka menerkam boneka yang dapat berbicara itu. Reina menginjak-injaknya, sementara Soichi mengambil pisau dan merobek-robek boneka itu. Yuri tak mau kalah dan mengambil lilin di atas meja lalu membakarnya.

“Hei lihat! Itu ada anjing!” seru Mizuki. Iapun segera melemparkan boneka itu ke arah anjing-anjing sehingga mereka segera memakan dan mencabiknya.

“Oya teman-teman,” pintu terbuka dan Ken mengintip. “Kalo kalian kebingungan nyari Segel Metatronnya, tanya aja Robbie the Rabbit. Dia tuh boneka baik kok yang bakalan bantu player nemuin segelnya.”

Keempat orang itu saling berpandangan.

“Ups.”

***

 

“Maaf ya Robbie, kami nggak tahu.” ujar Maruko sambil menjahit kembali lengan dan kepala Robbie yang sobek.

“Iya, kami pikir kamu kelinci yang jahat.” kata Reina sambil mengusap bekas hangus dan bekas gigitan anjing yang menempel di tubuh boneka itu dengan serbet.

“Iya habis kamu berlumuran darah sih. Kan seram.” kata Soichi.

“Ini wasabi.” ucap Robbie sambil menatap sinis ke mereka semua, “Gue kalau makan suka belepotan.”

“Tapi mereka emang tega banget sih gebukin boneka imut seperti kamu. Jahat ya mereka?” komentar Mizuki.

“KAN TADI KAMU YANG NYURUH!!!” protes semua orang.

“Omong-omong, bisa kau tunjukkan dimana Segel Metatron?” tanya Mizuki.

“Tuh, kusimpan di kamar itu.”

Soichi, Mizuki, dan Maruko segera masuk ke ruangan itu. Tiba-tiba, “AAAAAAA!!!!” terdengar teriakan dan mereka bertigapun keluar dengan luka lecet dan lebam di sekujur tubuh mereka.

“Ups, gue salah. Itu pasti kamar dimana gue mengurung monster Mannequin dan Needler. Segel Metatron pasti ada di pintu satunya.” Robbie terkikik.

Mereka bertiga memandang boneka Robbie dengan tajam lalu membuka pintu satunya.

“Hei! Aku menemukannya!” seru Soichi. Di tangannya ia memegang Segel Metatron, senjata untuk mengalahkan Pyramid Head.

Tiba-tiba pedang Pyramid Head menjebol dinding di dekat mereka. Semua menjerit.

“GAWAT! GAWAT!” seru Ken sembari membuka pintu dan menyerbu masuk, “Pyramid Head datang!”

“TELAT! KAMI SEMUA SUDAH TAHU!!!”

Semua dengan panik meninggalkan ruangan.

“Bagaimana cara menggunakan Segel Metatron ini?”

Pyramid Head semakin mendekati mereka.

“Putar segelnya, cepat! Itu akan mengakhiri permainan!”

Monster itu mengayunkan pedang ke arah mereka.

“CEPAT PUTAR!!!”

Mizuki memutar segel itu dan pusaran angin tiba-tiba muncul dan menelan mereka.

***

 

Mizuki membuka matanya. Di depannya terbaring teman-temannya berselimutkan kabut.

“Teman-teman, bangun!” seru Mizuki sambil membangunkan mereka satu demi satu.

“Ke ... kenapa segel itu tak berfungsi?” Ken tak habis pikir, “Kabut ini ... kita masih ada di permainan Silent Hill!”

“Oh, aku tahu jawabannya.” Maruko segera menghampiri mesin pembuat kabut dengan bahan es kering yang tadi ia nyalakan, “Aku tadi lupa matiin mesinnya hehehe.”

Mereka berempat menatap Maruko sambil memicingkan mata.

Tiba-tiba jaring dijatuhkan ke atas mereka. Mizuki dengan instingnya yang tajam berhasil menghindar, namun yang lain tidak seberuntung itu.

“HAHAHA!” terdengar suara tawa seorang wanita.

“ALESSA!” pekik Mizuki, “Kau masih hidup!”

 

TO BE CONTINUED

1 comment:

  1. “ALESSA!” pekik Mizuki, “Kau masih hidup!”

    "Boo, cucoo' kemana aja? Kirain udah metong... Yey ngapain di Sindang? Nyalon yuk Boo.. Rambut Eyke udah lepek nih gara-gara lari lari, keringetan cantik... Kita kerimbat yuk boo' minggu diskon 50% lohh.. Senin harga naik!"

    -_- maafkan kelakuan saya bang Dave.. -_-

    ReplyDelete