Setelah kasus pembunuhan yang terjadi di sana, rumah itu menjadi
kosong selama dua tahun. Koran-koran penuh dengan rincian mengerikan tentang
kejahatan brutal yang terjadi di sana. Akibatnya, setiap kali calon pembeli
mendengar apa yang pernah terjadi di rumah itu, mereka ketakutan dan tak jadi
membelinya.
Kemudian suatu hari, seorang pasangan muda menikah
bernama Tuan dan Nyonya Griffin datang untuk melihat rumah tersebut. Mereka
menyukai tampilan itu dan harganya sangat rendah, jadi mereka memutuskan untuk
membelinya. Sebelum mereka pindah, mereka memiliki beberapa pekerja yang datang
untuk membersihkan noda darah dari dinding, dan bak mandi, dan wastafel dapur.
Mereka harus memasang karpet baru untuk menutupi
noda-noda darah yang membandel di papan lantai dan bahkan setelah selama satu
minggu, masih ada bau aneh yang tertinggal di ruang tamu.
Griffin berpikir sebaiknya hindari menceritakan pada
anak-anak mereka tentang sejarah suram rumah baru mereka. Tidak ada gunanya
mengganggu anak-anak kecil dan membuat mereka tak bisa tidur dengan cerita-cerita
seram.
Selama beberapa hari pertama setelah mereka pindah,
semuanya berjalan dengan baik. Anak-anak mengadakan pesta dan mengundang semua
teman mereka dari sekolah. Tuan dan Nyonya Griffin berkeliling dan bertemu
dengan tetangga baru mereka. Mereka puas semuanya berjalan dengan baik.
Suatu malam, saat mereka bersiap-siap tidur, Nyonya
Griffin sedang dalam suasana hati ingin bercanda.
"Tahukah kau bahwa salah satu tangan Nyonya
Bentley ditemukan di dapur?" tanyanya.
"Oh," kata suaminya. "Benarkah?"
"Ya, tapi jari-jarinya ada di ruang
makan."
"Betapa mengerikan!" jawab suaminya.
"Aku tidak keberatan jika dia menggunakan
pistol," katanya, "tapi cara dia memotong-motongnya ... darah di
sana, darah di di sini ... yah, dia membuat seluruh rumah kacau."
"Itu bukan semua yang dilakukannya," kata
suaminya. "Jika Nyonya Bentley tidak berkeras menyeret tubuhnya dari kamar
ke kamar untuk melarikan diri ..."
"Yah, dia tidak perlu menyeret dirinya sendiri
jika dia tidak memotong kakinya," kata istrinya.
"Kurasa kau benar, Sayang," jawab Mr.
Griffin. “Tapi ia tidak merencanakannya terlebih dahulu, kau tahu," kata
suaminya. "
"Agak berantakan," kata Nyonya Griffin.
"Kurasa aku akan mandi sebelum tidur ..."
"Di bak mandi dimana dia memotong
kakinya?" tanya suaminya ragu.
"Ya, yang itu," jawabnya sambil tertawa.
"Mandi lantai bawah terlihat agak kotor."
"Yah, kalau begitu, aku akan mampir ke kamar
mandi saat kamu bersiap-siap," katanya.
Mr Griffin sedang bercukur di kamar mandi ketika
tiba-tiba dia merasa sangat aneh. Menatap dirinya sendiri di cermin, dia tahu
ada sesuatu yang salah. Dia hanya tidak merasa menjadi dirinya sendiri saat dia
menatap bayangannya sendiri.
Dia diam-diam membuka pintu kamar mandi, berjalan
tanpa suara di lorong dan ujung-ujung tangga ke loteng. Ketika sampai di sana,
dia membuka sebuah lemari kecil dan melihatnya benda itu berada di sana.
Dia tidak tahu bagaimana caranya, tetapi dia tahu benda
itu akan ada di sana.
Kapak.
Nyonya Griffin sedang duduk di depan cermin kamar
tidur, memasang rambutnya, ketika dia melihat suaminya masuk ke ruangan.
Tangannya ada di belakang punggungnya, seolah dia
menyembunyikan sesuatu. Itu membuat istrinya penasaran.
"Apa yang kamu pikirkan, Sayang?" tanya
istrinya.
"Aku pikir aku tidak akan membuat kekacauan
kali ini," jawabnya.
Duh, jadi mirip Amytivylle.
ReplyDeleteSinister juga sih
Pelaku pembunuhan sebelumnya itu suaminya...
ReplyDeleteSi istri malah ngasih saran...😆😆😆😆
jadi.. si suami ini pelaku pembunuhan sebelumnya trus nikah lagi atauu si suami cuma kyk kena kutukan gitu? si suami jadi ikut2an mau ngebunuh keluarganya tpi dia bljr dri kesalahan sebelumnya biar darah n daging2 ga berantakan kemana mana?
ReplyDelete