“The House With Marked Doors”
Penulis: No_Tale
Ketika Ibu dan Ayah membeli rumah, mereka mengira
goresan coklat di pintu kamar tidur berasal dari cakaran anjing. Tetapi ketika
mereka berbicara dengan makelar, dia mengatakan pemilik sebelumnya tidak
memiliki anjing.
Ibu dan Ayah akhirnya mengganti pintu itu. Tapi
setelah ketiga kalinya, mereka menyerah, karena goresan gelap selalu kembali
keesokan paginya. Orang tua saya menganggap kejadian itu diakibatkan oleh
kualitas kayu di daerah ini. Ayah berkata dia akan memesan pintu baru dari luar
kota, namun pintu itu baru akan datang di akhir bulan.
Tapi aku tidak bisa menunggu selama itu.
Suatu malam, aku memutuskan untuk tetap terjaga dan
mencari tahu kebenarannya. Aku mematikan semua lampu, berbaring di tempat tidur
dengan ujung bantal ke arah pintu, dan menutupi wajahku dengan selimut -
meninggalkan celah kecil dimana aku bisa mengintip.
Suasana sangat sepi setelah pukul dua belas. Aku berpikir
untuk pergi ke kamar mandi, namun bagaimana jika aku melewatkannya? Aku takkan
tahu siapa yang menyebabkan cakaran-cakaran itu. Akupun menghabiskan waktu berjam-jam
untuk berjaga dan berjuang melawan kandung kemihku.
Pukul dua, aku mendengar suara pertama. Suaranya
terdengar seperti sesuatu yang dikerok. Seolah-olah seseorang di kamar sebelah sedang
bekerja di dinding dengan obeng. Aku menahan nafas dan mendengarkan.
Suara itu berlangsung selama dua puluh menit dan saat
itu aku tahu dengan pasti ada sesuatu di sana. Jantungku berdebar dengan
kencang. Aku ketakutan, tapi aku harus tahu yang sebenarnya!
Suara itu berhenti, namun aku yakin pasti akan muncul lagi.
Aku berpikir untuk memeriksa orang tuaku. Tapi menilai
apa yang terjadi pada malam-malam sebelumnya, kurasa tidak akan ada yang akan
terluka. Apa pun yang membuat goresan itu hanya tertarik pada pintu. Dan jika aku
menunggu cukup lama, mungkin aku bisa menangkap pelakunya.
Kesabaranku menipis seiring dengan setiap menit yang berlalu.
Kandung kemihku berdenyut-denyut, mengancam untuk meledak. Aku menggertakkan
gigiku dan meremas lututku.
Tepat setelah jam tiga pagi, suara itu datang lagi dan
lebih dekat. Aku bisa melihat bayangan bergerak di kegelapan lorong.
Apa pun itu, ia berhenti di depan kamar orang tuaku
dan mulai menggores pintu.
Kemudian dia bergerak ke arah kamarku. Aku
mempersiapkan tanganku yang tengah menggenggam erat sebuah senter.
Makhluk itu mencakar depan pintuku, setiap goresan
seperti kapur di kayu.
Jantungku berdebar di dadaku, bagian belakang kepalaku
berdenyut-denyut. Aku ingin pergi saja, tapi rasa penasaran menahanku. Bayangan
gelap itu bergeser di sepanjang karpet, terengah-engah sembari berdecit
menggaruk kayu.
Sekarang atau tidak sama sekali!
Aku mengangkat tangan dan menyorotkan senter, kemudian
aku tersentak hingga terjatuh ke tempat tidur.
Ayah dan Ibu sedang membungkuk dan menggores pintu
kamarku. Mata mereka kosong, kuku mereka berbingkai darah, dan mulut mereka
berbicara tanpa suara.
Yang tinggal disitu auto kesurupan bangdep...? Duh, malang niannian
ReplyDeleteSi aku gajadi kencing? Ntar sakit loh:(
ReplyDeletetunggu dulu. katanya kan mereka pas pertama kali kesitu udh ada bekas goresannya kan? nahh goresan ini tu bekas pemilik sebelumnya kah? atau gmn? hmmm
ReplyDeleteKlo tiap malam itu ortunya harusnya mereka merasa aneh dong pas bangun tangannya berdarah?
ReplyDelete