“The Perfect
Gift” (Special Valentine)
Penulis:
ThePenOfBenMears
Apa yang membuat masa SMA-mu seperti neraka? Teman
yang gemar membully-mu?
Well, coba tebak. Nasibku lebih buruk. Aku bahkan tak
punya satupun teman.
Aku memang tak suka bergaul dengan siapapun. Dan
mereka-pun mengabaikanku. Win-win
solution sih kalau menurutku.
Namun itu semua berubah pada hari aku bertemu Emily.
Seperti kebanyakan hari lainnya, hari itu dimulai
dengan buruk. Salah satu temanku yang bertubuh besar tanpa sengaja mendorongku ke
loker, hingga semua buku dan kertasku berjatuhan kemana-mana. Ketika aku membungkuk
untuk mengambilnya, di sanalah dia. Dengan rambut coklatnya yang panjang, mata
biru yang simpatik, dan senyum penuh pengertian, dia menawarkan bantuanku.
"Aku Emily," katanya dengan suara yang manis
dan bernada tinggi.
"A ... aku Alex," aku tergagap,
bertanya-tanya apakah aku harus menjabat tangannya atau semacamnya,. Aku bahkan
hampir menjatuhkan buku-bukuku lagi saat aku bersalaman dengan canggung.
Dia ternyata sekelas denganku dan sangat ramah. Kami
mulai duduk bersama saat makan siang - dia punya teman-teman lain, tetapi dia
selalu makan siang bersamaku setiap hari.
Kami berbicara tentang segala hal - siapa dia suka di
kelas, siapa yang tidak, curhat tentang guru kalkulus yang galak dan kerap
memarahinya, bagaimana ayahnya baru saja kehilangan pekerjaannya dan lebih
kejam dari biasanya, bagaimana sikap ibunya berubah lebih dingin setelah harus
bekerja paruh waktu, betapa adik kecilnya sangat menganggunya, dan masih banyak
lagi.
Aku kemudian menyadari Hari Valentine akan segera datang.
Bukannya kami pacaran atau apa, tapi aku ingin memberinya sesuatu yang istimewa
untuk membuktikan kepadanya bahwa aku menghargai persahabatan kami. Suatu
malam, aku datang dengan ide yang sempurna! Aku bergegas ke mejaku dan
mencatatnya.
Ketika hari itu tiba, aku membuka buku catatanku,
menghafal catatan itu, menaruh hadiah Emily di ranselku dan berangkat ke
sekolah. Di tengah-tengah kelas kalkulus (dia membenci kelas itu), aku memberikan
kertas itu kepadanya sembari tersenyum.
Dia membuka surat itu dan langsung tersentak ngeri.
Aku bertanya-tanya mengapa dia tidak menyukainya saat mengeluarkan pistol dari
ranselku, menembaki Mr. Thompson yang sangat ia benci itu. Setelah mengingat
daftarnya, aku bergerak cepat, menembaki anak-anak yang aku tahu tidak dia
sukai, berhati-hati untuk tidak menembak orang lain di tengah semua teriakan
dan kekacauan itu.
Ketika beberapa guru dan polisi akhirnya
menghentikanku, mereka mencengkeramku ke belakang mobil polisi. Dari sudut
mataku, aku melihat Emily terisak dan itu menghancurkan hatiku. Apakah dia
tidak menyukai hadiahku? Aku sudah hampir menghabisi semua orang yang masuk
daftar ...
"Tunggu saja sampai kamu pulang!" aku
berteriak padanya saat mereka membawaku pergi. Mungkin kejutan yang kutinggalkan
di sana akan membuatnya tersenyum lagi.
Si Aku dasarnya dah jadi korban bully, punya hasrat membunuh.nah, datang si Emily, yg menjadi alasan sbg pentalur hasrt si aku. ��������
ReplyDeleteGila.. apaan tuh 'hadiah' di rumahnya? Mayat adik ama ibunya? Tapi si aku bilang bhampir semua, berarti masih ada yang belum dia bunuh. Ayahnya? Psiko banget
ReplyDeleteJadi inget novelnya Lexie Xu yang Johan Series.
ReplyDeleteSi Johan emang selalu punya antek-antek :(
DeleteJohan ternyata belum mati...
DeleteWah, novel apa nih ? Bisa baca online kah ? Klo ada ebook, bagi dong hehehe
DeleteHadiah yang di rumah pasti yang paling special. Hiii.
ReplyDeleteOohh penembakan yg sering terjadi di Amerika Serikat... 😓
ReplyDeleteSchool Shooting? Jangan jangan yanh ditinggal di sekolah itu bomb?
ReplyDeletetunggu aja kamu pulang? mungkin si adik sudah di bunuh juga... kan si adik mengganggu katanya..ahahaha
ReplyDeleteoke nih anak asik juga
ReplyDelete