Thursday, November 22, 2018

REDDIT #11: LANTAI DI BAWAH RUBANAH


Penulis: VITDstories

Judul Asli: “Sub-Basement”


Evelyn masuk ke dalam gedung apartemennya setelah berjalan sebentar dari kantornya. Ia baru saja pindah beberapa minggu lalu karena letak apartemen ini begitu dekat dengan kantornya, bahkan memotong waktu komuternya hingga hampir sejam, dibandingkan dengan tempat terakhir ia tinggal. Ia tak banyak berharap dapat menghemat pengeluaran, walaupun budget transpotrasinya terpotong banyak, sebab itu mungkin akan digantikan dengan biaya sewa apartemen yang lebih mahal. Namun ia mendapat kejtan menyenangkan begitu tahu biaya sewa apartemennya justru lebih murah. Ia skeptis pada awalnya, namun review yang dibacanya secara online cukup bagus dan apartemennya sendiri terlihat indah. Dua minggu telah berjalan dan segalanya tampak sempurna.

Kecuali untuk liftnya.


Liftnya selalu rusak semenjak ia pindah ke tempat ini. hal itu adalah salah satu keluhan yang dibacanya online. Aitu membuat acara kepindahannya ke apartemen itu cukup melelahkan. Bayangkan naik turun 4 lantai dengan membawa barang bawaan sebanyak itu. Namun tentu saja, itu harga yang didapatkannya dengan sewa semurah itu. Toh, selain dari lift itu, semuanya baik-baik saja.

Namun hari ini berbeda. Tak ada tanda “LIFT RUSAK” yang biasanya ia lihat ketika ia hendak menaiki tangga. “Asyik,” katanya penuh harap ketika ia menekan tombol untuk naik. Pintu lift langsung membuka dan iapun melangkahkan kakinya masuk.

Ia menekan tombol “4” dan melihat-lihat interior lift. Warnanya bercampur merah dan emas. Menurutnya warna itu cukup cantik, seperti ekterios gedungnya. Pintupun menutup di hadapannya. Kemudian lampunya mulai berkedip, sebelum akhirnya mereka mat sama sekali.

Ia menatap panel kendali karena lampu di tombolnya tetap menyala. Namun alih-alih menunjukkan angka “4”, justru lampu itu menyala di lantai yang tadi tidak ditekannya. Katanya hanya “SB”.

“Sub basement?” pikirnya. Apa apartemen ini punya sub-basement?

Lift itupun mulai turun.

Ia menekan tombol “4” lagi, namun tak ada yang terjadi. Lift itu terus turun.

Bau busuk mulai menguar di udara sekelilingnya. Aromanya seperti besi ... dan darah. Kemudian terdengar suara rintihan. Suara teriakan pun mulai terdengar berbarengan.

Lift itu mulai melambat dan akhirnya bel berbunyi ketika telah mencapai lantai SB. Suara-suara itu tiba-tiba terhenti.

Secara bersamaan, suara-suara itu mulai berteriak, “DIA ADA DI SINI!”

Teror yang terbangun di benak Evelyn selama 10 detik akhirnya mencapai klimaks. Ia membeku oleh rasa takut.

Pintu lift itu mulai membuka.

Evelyn segera mengalahkan rasa takutnya dan menekan tombol agar pintu elevator menutup kembali. Ia mulai menendang ke arah pintu. Ia tak bisa membiarkan mereka masuk. Mereka?

Ya, mereka.

Tangan-tangan berwarna hitam berusaha masuk ke dalam lift. Ujung-ujung jari mereka berusaha menyentuh wajahnya, menarik rambutnya, dan mencengkeram tangan serta kakinya. Selain itu, baunya sungguh tak tertahankan. Bau busuk yang bercampur aroma anyir darah kini dirasuki oleh bau lain: belerang. Ia sungguh tak tahan lagi.

Tepat ketika ia mulai merasa kelelahan berusaha membela diri, celah dari kedua pintu itupun makin menyempit hingga akhirnya menutup kembali. lampu kembali menyala dan lift itu mulai bergerak naik. Evelyn berjalan mundur, masih dengan gemetar, hingga punggungnya membentur dinding lift.
Pintu elevator akhirnya membuka di lantai lobby dan iapun langsung berlari keluar.

Semenjak saat itu, tulisan “LIFT RUSAK” kembali terpasang.



2 comments: