Judul
Asli: “Girl Number Six from the News”
Penulis:
Writal
Di layar
televisi hitam putih itu, terlihat seorang penyiar berita dengan
wajah muram.
“Seorang
wanita muda kembali menghilang.” ia mengumumkan. Sebuah foto
seorang gadis bermata bitu nampak di layar. Aku tak mengenalinya. “Ia
terakhir terlihat dua hari lalu. Pihak berwajib meyakini bahwa kasus
ini berkaitan dengan kasus sama yang terjadi selama beberapa tahun
terakhir ini.
Kolase
tujuh foto wanita muncul memenuhi layar. Tubuhku merinding melihat
foto kelima dan keenam. Foto kelima adalah seorang gadis dengan
rambut hitam panjang dan senyum yang amat cantik. Gadis keenam adalah
aku sendiri.
Wajah
sang penyiar kembali muncul, “Jika Anda memiliki informasi tentang
wanita-wanita yang menghilang ini, tolong hubungi polisi secepatnya.”
ia membagi ucapan simpati dan TV-pun mati.
Pria di
sebelahku yang mematikannya. Rambutnya yang hitam panjang
bergelombang terlihat acak-acakan di atas matanya, namun wajahnya
dicukur dengan bersih, terkecuali kumis melengkung di atas bibirnya.
Ia
menggapai rambut pirangku dan memainkannya di jemarinya sembari
berbisik di telingaku.
“Katakan
lagi, apa ketakutan terbesarmu?”
Napasku
memendek. Aku melirik ke kursi bernoda darah di pojok ruangan.
Tali-tali yang tak terikat bergeletakan di lantai di bawahnya, yang
juga ternoda warna darah. Aku menatap kembali ke layar televisi yang
kosong.
“Disiksa.”
balasku.
Kumisnya
melengkung ke atas ketika ia meringis, “Betul sekali.” Ia meraih
tubuhku kembali dan menarikku mendekat, “Itu adalah salah satu
favoritku.”
Ia
membuka kunci borgolku dan menuntunku berjalan ke pojok ruangan. Ia
mendudukkanku di sebbuah kursi besi dan mengikatku kembali.
Aku
mendengarnya berjalan ke atas dan kembali beberapa menit kemudian.
Namun, ia tidaklah sendirian.
Ia
berjalan melewatiku, menuntun seorang wanita baru ke atas matras yang
terletak di tengah ruangan. Ia mengikat tangannya dengan rantai dan
melepaskan penutup matanya. Mata birunya menyapu ruangan, melebar
ketika bertatapan dengan mataku.
Ia
berjalan di sampingku dan menatapnya, “Dia adalah seorang pejuang.”
katanya, sembari memainkan jarinya kembali di rambutku, “Seperti
kau dulu.”
Ia
tertawa dan berjalan ke arah gadis bermata biru itu. Aku tahu bahwa
aku-lah yang selanjutnya.
Ia
kemudian duduk di sampingnya, mengagumi sang gadis nomor tujuh dari
berita.
:Katakan,
Sayang.” ujarnya pelan, “Apa ketakutan terbesarmu?”
Tubuhnya
gemetar dan bibirnya bergetar menjawab. Suaranya patah-patah ketika
ia berbicara.
“Teng
... tenggelam, kurasa ...”
“Tenggelam?”
tawanya, “Nah, itu hal yang baru!”
Dia
pergi dan kembali dengan sebuah bak plastik yang besar. Ia mengisinya
penuh dengan air dan mendudukkanku di depannya.
Hal
terakhir yang kuingat saat ia membalik kursi itu dan mendorong
kepalaku ke dalam bak itu adalah wajah gadis nomor lima dari berita
dan betapa menyesalnya aku.
Seharusnya
saat itu aku berbohong tentang ketakutan terbesarku.
Maksudnya gimana sih? Cewek2 itu dibunuh dengan cara yg disebutin ama korban selanjutnya? Aku paling takut disiksa jadi gadis kelima mati disiksa, trus gadis ketujuh bilang takut tenggelam makanya aku bakak ditenggelamin sampe mati?
ReplyDeleteRada susah di cerna, keren
ReplyDeleteItu kalo nomor 8 nanti ketakutan terbesarnya liat mantan gimana ya?
ReplyDeleteliatin mantan nikah
DeleteJadi si gadis nomer 6 menyesal karena gara" dia jujur gadis nomer 5 disiksa sampe mati ??
ReplyDeleteMantep 😭
ReplyDelete