Judul
Asli: “The Mortician's Daughter”
Penulis:
by TeslaToth
Banyak
pelamar yang datang ke kantor kami menginginkan pekerjaan sebagai
forensik karena kebanyakan nonton serial kriminal di TV. Pekerjaan
sebagai forensik tidaklah seromantis yang mereka duga. Mereka
membayangkan dapat memanfaatkan sains untuk bekerja sama dengan
polisi demi memerangi pembunuh berantai dan mengalahkan kejahatan.
Banyak dia antaranya adalah pembully di masa mereka sekolah dulu dan
ingin menjadi pahlawan kesiangan.
Mereka
tidak menganggap pekerjaan sebagai koroner dengan serius. Bagi
mereka, jenazah hanyalah sebuah petunjuk yang bisa diiris, dibuka,
lalu dibuang sesudahnya.
Tapi
Bethany berbeda.
Ia
menyadari bahwa mayat-mayat yang ia tangani dulunya manusia dan
memperlakukan mereka dengan hormat, seolah-olah mereka masih hidup.
Ia akan berbisik kepada mereka saat sedang bekerja. Ia akan
menceritakan berita-berita terbaru atau mungkin memuji mereka dan
mengungkapkan betapa ia merasa terhormat bekerja dengan mereka.
Beberapa
mahasiswa kedokteran yang magang di sini mungkin merasa aneh atau
tidak nyaman, namun bagiku, Bethany sangatlah menawan. Ia tahu apa
yang ia lakukan – ia menghayatinya. Ia tahu alat apa yang harus
digunakan, bagaimana memilah dan mengambil organ dengan tepat,
bagaimana menjahit bibir mayat, dan sebagainya.
Bukan
suatu kejutan bagiku ketika mengetahui bahwa ayahnya bekerja di rumah
duka. Ia bahkan sempat bekerja dengan ayahnya di desa kecil tempat
keluarga mereka mencari nafkah. Di sana mereka mempercantik jenazah
untuk upacara pemakaman, sebelum mereka dikubur. Ayahnya juga punya
jiwa sosial yang tinggi. Menjadi satu-satunya keluarga pemilik rumah
duka di sebuah lokasi terpencil yang jauh dari mana-mana, beliau
sering menawarkan jasanya secara gratis untuk orang-orang yang
meninggal sebatang kara tanpa keluarga dan akan mengadakan upacara
yang indah untuknya, tak peduli jikapun tidak ada yang datang.
Ayah
Bethany terdengar seperti pria yang baik hati dan aku rindu ingin
berjumpa dengannya.
Aku
penasaran, apakah beliau dan putrinya sama-sama memiliki selera “dark
humour” yang sama. Menurutku itu adalah cara yang tepat untuk
mengatasi rasa tidak enak yang akan mereka hadapi ketika bekerja
dengan mayat.
Hari
ini, kami membahas tentang proses pembusukan dan hal-hal aneh yang
bisa “dilakukan” mayat setelah mereka mati (post mortem).
Contohnya,
kami telah membahas “coffin births” dan “angel lust” (silakan
cari di google jika kalian berani). Kelam sekali bukan? Karena itu
aku ingin mengakhiri kelas hari ini dengan hal yang lebih ringan.
“Mayat
mungkin dapat menggembung karena penumpukan gas dan gas-gas itu perlu
lari ke suatu tempat.” aku berhenti untuk menambah efek dramatis,
“Dengan kata lain, mayat bisa kentut.”
Para
mahasiswa magang tertawa. Ketegangan mereka di kamar mayat itu
perlahan luntur.
Bethany
mengangkat tangannya. “Gas-gas itu juga bisa keluar dengan cara
lain kok. Naik melalui pita suara sehingga mereka bisa terdengar
seperti merintih.”
Memang
benar mayat bisa “merintih” dan itu jelas bisa membuatku kencing
di celana bila kau mendengarnya malam-malam.
Tapi
Bethany kemudian menjawab, “Kadang kala mereka juga bisa terdengar
seperti berteriak.”
Berteriak?
Mustahil! Pita suara akan berkontraksi ketika seseorang berteriak,
dimana proses itu memerlukan impuls listrik dari otak. Dan otak
jenazah jelas tidak berfungsi.
“Bethany,
plis! Jangan menakut-nakuti mereka. Anak-anak ini bodoh sekali sampai
mereka tak tahu kau sedang bercanda.”
Semua
tertawa.
“Siapa
yang bercanda?” jawabnya dengan tatapan tajam.
Bethany
kemudian menambahkan tanpa sedikitpun rasa humor di suaranya.
“Terjadi
terus kok saat aku bekerja dengan ayahku di ruang bawah tanah.”
otopsi orang idup?
ReplyDeleteJadi, si Bethany anak dari psikopat??
ReplyDeleteAnjer, Bethany pinter tapi polos
ReplyDeleteJadi dia sering "ngobrol" sama mayat karena dari dulu emang sering ngobrol juga sama "mayat"
ReplyDelete