Judul
Asli: “FOR RENT: Apartment of the Johnson Murder-Suicide”
Penulis:
metooou (dengan sedikit perubahan)
Tentu
saja aku tahu cerita tentang apa yang terjadi di rumah keluarga
Johnson. Sang ayah suka menyiksa keluarganya. Anak perempuannya kabur
karena tak tahan perlakuan ayahnya. Ayahnya mengamuk karena marah dan
membunuh ibunya. Sang ayah akhirnya bunuh diri. Ya, aku sudah
mendengar semuanya. Masalahnya, aku butuh tempat tinggal dan rumah
ini harganya murah, sangat murah.
Aku mengerti bahwa tak ada
yang mau tinggal di rumah dimana sesuatu seburuk itu pernah terjadi.
Namun, aku sama sekali nggak pernah percaya sama yang namanya omong
kosong dunia gaib itu. Ditambah lagi, lokasinya strategis, jadi
akupun pindah seminggu kemudian.
Sang pemiliknya menanyakan
apakah aku mau menyimpan furniturnya dan ia ngeri begitu aku
menjawab, “Tentu saja!”. Oke, aku tahu semua itu tragedi. Tapi
aku nggak mau membuang begitu saja sofa, lemari, dan meja yang masih
dalam kondisi bagus dan bercacat ini, hanya karena mereka milik
orang-orang yang sudah mati menggenaskan.
Namun
pada hari pertama, aku mulai meragukan kewarasanku. Awalnya hanyalah
suara garukan yang pelan. Aku berpikir itu hanyalah suara tikus. Aku
kemudian menyalakan TV, namun suara itu terus berlanjut dan mulai
menakutiku. Suara itu akhirnya terhenti, namun kemudian terdengar
suara, “DUK!”. Arahnya dari dalam lemari pakaian. Aku dengan
perlahan berjalan mendekatinya dan membukanya. Di dalamnya hanya ada
pakaianku. Aku menggeleng-gelengkan kepala karena begitu mudahnya
ketakutan karena suara tikus dan pipa tua.
Haru-hari
berikutnya, kondisinya bertambah buruk. Saat malah hari aku mendengar
suara tangisan lirih. Pada malam berikutnya, aku mendengar seperti
suara jeritan yang tertahan. Suara garukan itu terus terdengar hingga
aku tak bisa membedakan, apakah suara itu nyata ataukah aku hanya
membayangkan yang tidak-tidak.
Aku tak
pernah percaya pada hal gaib. Namun untuk memastikannya, akhirnya aku
berdiri di lorong rumah dan berkata, “Bu Johnson, tolonglah pergi.
Jangan khawatirkan putrimu. Suamimu takkan bisa lagi menyakitinya.”
Aku
memutuskan untuk tak usah menunggu “jawaban” dan langsung kabur
menginap di rumah temanku. Hari berikutnya, aku pulang, setengah
berhaap aku akan mendapatkan pesan dari dunia lain yang ditulis
dengan darah di dinding. Namun tak ada apapun. Bahkan semenjak hari
itu tak ada garukan, tak ada suara tangisan, tak ada apapun. Aku tak
tahu apakah selama ini aku hanya berhalusinasi saja atau percakapanku
“dari hati ke hati” dengan hantu itu akhirnya berhasil.
Dua
tahun kemudian, aku akhirnya mendapatkan jawabannya.
Akhirnya,
aku keluar dari rumah itu. Aku menikah dan akhirnya kami
memilih untuk menjualnya untuk membeli rumah baru untuk kami berdua. Ketika kami pindahan,
salah satu tukang angkut-angkut salah mengangkat lemari tua milik
keluarga Johnson.
“Hei,”
kataku, “Tinggalkan saja!" istriku tentu protes jika aku menyimpan lemari milik korban pembunuhan.
Maka diapun menaruhnya kembali. Namun anehnya, begitu lemari itu
dipindahkan, aku baru menyadari sesuatu. Di dinding tepat di belakang
lemari itu, ada sebuah pintu yang tersembunyi. Aku bergidik ngeri,
namun istriku malah kelihatan tertarik.
“Ayo,
buka! Siapa tahu ada harta karun di sana!”
“Haha
... lucu sekali.”
Kami
membukanya dan tubuhku membeku. Ternyata, selama ini tak pernah ada
kejadian paranormal yang menghantui rumah ini.
Di
dalamnya, tergeletak kerangka sang anak gadis dari keluarga Johnson.
Ternyata ia tak pernah kabur dari rumah ini.
Dan
jarinya ... jarinya terlihat aus karena terus menggaruk ...
Terinspirasi dari film The Orphanage 2007!
ReplyDelete