Judul
Asli: “No Home Like Stockholm”
Penulis:
instant_vodka (dengan sedikit perubahan)
Hari 1:
Aku
sudah berteriak selama berjam-jam, namun tak ada yang datang
menolong.
Hari 4:
Seorang
pria jangkung masuk. Aku berusaha melawannya, namun ia terlalalu
kuat. Ia menghajarku habis-habisan sembari menangis tentang seorang
wanita. Aku tak bisa mendengar namanya karena darah yang mengucur di
telingaku.
Air yang
ia berikan kepadaku entah kenapa membuatku sangat bahagia.
Hari 10:
Melihat
bahwa tangan kiriku masih bedarah, ia memutuskan untuk menyileti
tangan kananku.
Makanan hari ini lebih enak.
Hari 21:
Setiap 3
hari ia membagi makanannya untukku dan kecuali jika aku berteriak,
dia tidak menggunakan pisau untuk menyiksaku.
Hari 31:
Ia
menyundutku dengan rokok hari ini. Ia mencoba menuliskan nama wanita b*nal yang melukai hatinya dengan pisau di tubuhku, namun hurufnya salah dan ia marah hingga
menyayat semuanya.
Ia
mengganti karpetnya dan memberiku selimut merah. Kupikir warnanya
amat indah dan kontras dengan kamar ini.
Hari 35:
Untuk
hari ulang tahunku ia tidak sebrutal biasanya dan mempercepat
penyiksaannya menjadi hanya sejam setengah. Ia membelikanku kue dan
bernyanyi selamat ulang tahun untukku. Ada silet di dalam kuenya,
namun aku yakin ia berniat baik.
Hari 44:
Ia minta
maaf karena lupa menurunkanku dari kait gantungan. Ketika ia kembali,
ia menangis dan mabuk. Aku bertanya apa semuanya baik-baik saja.
Katanya
ini adalah hari ulang tahun anaknya. Istri pria malang ini
meninggalkannya dan membawa serta putrinya. Wanita j*l*ng itu
beralasan karena ia punya masalah dalam mengendalikan amarahnya.
Hari 71:
Setelah
menyiksaku, kami berbicara tentang cinta dan hubungan kami. Ia
berpikir bahwa wajahku terlihat cantik sebelum ia menyilet wajahku.
Wajahku pasti akan bersemu merah jika saja saraf di wajahku tidak
mati.
Hari 82:
Ia
membawakanku selimut baru hari ini. Warnanya ungu tapi aku tidak
protes. Hari-harinya di kantor jelas memburuk semenjak ia punya bos
baru bernama Patricia.
Hari 85:
Ia
membawa orang lain hari ini.
Hari 86:
Itu
Patricia!
Hari 99:
Aku
nggak suka Patricia! Ia selalu menangis dan memohon. Dan sejak
Patricia datang, dia sama sekali tidak mempedulikanku.
Lukaku
mulai sembuh, begitu pula sobekan yang panjang di punggungku
sudah nggak mengeluarkan darah. Namun aku merasa sangat kesepian.
Hari
113:
Semenjak
ia memotong lidah Patricia, aku bisa tidur dengan nyenyak.
Hari
171:
Polisi
menemukan kami hari ini. Syukurlah ia berhasil kabur sebelum mereka
bisa menangkapnya!
Hari
172:
Sudah
kuduga ini semua gara-gara si tolol Patricia! Gara-gara kamera
keamanan di rumahnya dia jadi ketahuan.
Dokterku
berkata bahwa ia tidak suka caraku membicarakannya dan menyuruhku
untuk ikut terapi.
Nggak
ada yang salah denganku! Kenapa aku butuh terapi?
Hari
185:
Polisi
terus mengangguku. Cowokku mengatakan bahwa ia ingin kami kembali
bersama. Namun jelas tidak! Ia pasti hanya menginginkan uangku
setelah aku terkenal karena semua publikasi ini!
Hari 1:
Ia
meneleponku hari ini. Ia akan menjemputku nanti malam dan kami akan
meninggalkan kota ini.
Aku
harap kami bisa mengunjungi si j*l*ng Patricia sebelum kami pergi.
Soo disturbing
ReplyDeletesindrom ini tuh bikin sandera jatuh cinta sama penculik nya kah
ReplyDeleteJohn Kramer & Amanda Young
ReplyDeleteStockholm sindrom itu parah banget gaes kasusnya,itu dimana seorang korban mau bekerja sama dengan pelaku dan mengikuti semua yang di mau pelaku(bahkan jatuh cinta klo parah)agar mreka enggak disiksa atau setidaknya di kurangin penyiksaannya,bahkan ada kasus dimana ada penculik nyulik anak sampe bertahun tahun,di ajak main di rumah tamu,nyambut tamu prlaku juga,si korban gak mengaku kalo dia adalah korban penculik,karna takut penyiksaanya tambah bertambah dan mreka pikir itu adalah cara teraman buat menghindari masalH
ReplyDeleteWah persis sama nih ama kasus jaycee dugard dan elisabeth fritzl. Silakan simak ceritanya di blog mengaku backpacker
DeleteDi mata kita, ini sindrom berbahaya, namun di mata bocah wattpad, ini adalah alur romansa terbaik di dunia
ReplyDelete- BN