Judul
Asli: “Daddy's Gun”
Penulis:
low_kix
Melihat
interior rumah itu, dengan dinding yang kosong dan kotak-kotak
pindahan yang belum dibereskan, seseorang akan berasumsi pria itu
baru saja pindah. Namun kenyataannya, ia sudah tinggal di sini selama
5 bulan terakhir.
Setelah
putranya meninggal, pernikahannya hancur tanpa perlu menunggu waktu
lama. Istrinya, yang sudah sejak lama mengalami depresi, menutup diri
setelah kejadian tragis itu. Ia tak pernah berbicara sepatah katapun
pada suaminya ataupun kepada orang lain.
Pria itu
menganggap bahwa istrinya, sama seperti dirinya sendiri, menyalahkan
dirinya atas kematian putra mereka. Pada malam saat peristiwa itu
terjadi, ia-lah yang pertama kali menemukan tubuh anaknya, di kamar
bocah itu sendiri, dengan pistol miliknya. Itu adalah malam terakhir
dimana istrinya sudi berbicara dengannya.
“Apa
kamu yakin sudah mengunci brankas dimana pistol itu disimpan?”
tanya polisi. Di benaknya, pria itu tahu ia sudah menguncinya
rapat-rapat. Namun ketika ia hendak membuka mulutnya untuk membela
dirinya sendiri, jawaban yang terlontar hanyalah, “ ... saya tidak
ingat ...”
Selama
ini dia begitu yakin menjaga pistol miliknya di tempat yang aman.
Namun ia tak pernah mampu mengatakan apa yang sebenarnya terjadi.
Bahkan polisipun melepaskannya karena menganggap itu hanya
kecelakaan. Kelalaian.
Dan kini
... setelah 5 bulan di tempat barunya ... pria itu merasa ia sudah
tak mampu lagi hidup dengan rasa bersalah. Ia mungkin tak menarik
pelatuknya, namun ia-lah yang telah membunuh anaknya. Ia dengan
kelalaiannya. Akhirnya, ia membuka kotak itu. Hanya satu kotak. Dan
iapun mengeluarkan pistolnya.
Ia
menempelkan moncongnya ke pelipisnya. Matanya menutup dan ia menahan
napasnya. Ia kemudian mendengar sesuatu yang memecah konsentrasinya.
“Papa
....”
Ia
menghembuskan napas dan membuka matanya. Berdiri di depan pintu
kamarnya adalah putranya. Psikiaternya pernah mengatakan hal ini
mungkin akan terjadi, namun ia tak pernah mengira rasanya akan
senyata ini. Ia lalu menatap ke mata putranya dan dengan berlumuran
air mata berkata, “Maafkan Papa ...”
“Ini
bukan salah Papa ...” jawab bocah itu. Dan hanya itulah yang ayah
itu perlu dengar. Untuk pertama kalinya, semua rasa bersalah, semua
luka, dan siksaan yang ia hidupi selama berbulan-bulan serasa
terangkat. Ia jatuh berlutut, meratap, dan menjatuhkan pistolnya ke
lantai.
Anak itu
melanjutkan.
“Ini
bukan salah Papa .... Mama yang menembakku.”
buset..emaknya gelo
ReplyDeleteThe power of emak
ReplyDelete