Judul
asli: “Who is the Father?”
Penulis:
TeslaToth
Ketika
kuberitahu orang tuaku bahwa aku hamil, tentu saja pertanyaan pertama
mereka – yang diteriakkan dengan muka merah padam kepadaku –
adalah, “SIAPA AYAHNYA?”
Sejujurnya,
aku sendiri tidak tahu. Aku ingat malam itu – bersama seorang pria
berjanggut dengan tatto heavy metal di sekujur tubuhnya – tapi aku
mabuk sekali dengan semua narkotika yang kuhisap, hingga aku tak
ingat apapun lagi.
Mereka
mengirimku ke rumah tanteku yang perawan tua untuk melahirkan anak
haramku secara diam-diam. Kini aku tinggal di sebuah kabin kecil di
tepi danau dengan pagar kayu dan taman dengan bunga ungu. Mimpi
burukku.
Tante
Rue adalah seorang wanita tua yang ramah dan selalu memanggang
kue-kue dan menyeduh teh dari bunga chamomile. Ia membuatku merasa
diterima di rumahnya sndiri. Namun yang paling membuatku sebal adalah
ketika ia mengundang teman-temannya untuk bermain kartu bridge.
Mereka selalu menanyakanku pertanyaan. Apa saja yang aku
makan? Lalu mereka akan merekomendasikan ramuan-ramuan herbal untuk
mengurangi rasa sakit pada saat melahirkan. Kadang mereka melemparkan
tatapan tak mengenakkan ke arah perutku yang membesar – bahkan
terlihat seperti tatapan “lapar” – selalu ingin merasakan saat
bayiku menendang, atau hanya berdoa dengan hening sembari
mengelilingku.
“Dia
akan menjadi anak laki-laki yang spesial.” ujar Tante Rue, yang
entah mengapa, sudah menebak jenis kelaminnya.
Semua
hal ini membuatku gila, tapi aku tetap berusaha bertahan. Bahkan
ketika Tante Rue menyarankan agar aku mengurungkan niatku untuk
melahirkan di rumah sakit dan membiarkan teman-temannya membantu
persalinanku. Jelas tak ada sebersit pikiranku untuk menyetujuinya,
namun aku tetap mengangguk dan tersenyum dengan sopan menanggapinya.
Ketika
kehamilanku semakin menua, aku mulai mengalami kehilangan kesadaran
yang aneh. Aku sedang berbaring di sofa dan tiba-tiba saja terbangun
di atas ranjangku di lantai atas, tanpa ingat suatu apapun. Kata
Tante Rue, rahimku yang terus tumbuh menekan pembuluh darahku ke
otak, sehingga aku tak sadarkan diri. Google pun setuju..
Namun
aku juga mulai mengalami mimpi buruk. Mimpi-mimpi itu amat menakutkan
dan terlihat nyata. Di mimpi itu, Tante Rue, teman-teman bermain
kartunya, bahkan ayah dari bayiku, si sosok berjenggot dengan tato
metal itu mengelilingiku sembari mengucap mantra, sementara aku
berbaring telanjang di semacam altar, dikelilingi lilin-lilin yang
mencair, buku-buku bersampul kulit, bahkan kepala kambing berjanggut
hitam yang terpenggal.
Di bulan
terakhir kehamilanku, aku memutuskan kabur dari pondok Tante Rue. Aku
yakin semuanya hanya ada dalam kepalaku saja – hanya lonjakan
hormon yang membuatku berpikiran gila – namun detail-detail aneh
mulai muncul di benakku dan mengangguku.
Semuanya
yang berbucara denganku – orang tuaku, teman-temanku, saudara,
dokter – semuanya menanyakan hal yang sama: “Siapa ayahnya?”
Tapi
Tante Rue dan teman-temannya tak pernah menanyakannya, sekalipun.
Seolah-olah
mereka sudah tahu jawabannya.
Aku juga
ingat bentuk tato-tato yang melekat di tubuh pria yang menghamiliku –
tato-tato itu berbentuk pentagram terbalik.
Jadi
akupun pergi, mengambil sedikit uang tunai, lalu berkendara tanpa
tujuan selama berjam-jam hingga akhirnya aku menemukan sebuah motel
di tempat antah-berantah yang bisa kuinapi. Aku berpikir aku akan
bersembunyi di sini saja sampai bayiku lahir, lalu minta maaf melalui
telepon kepada tante Rue.
Untuk
pertama kalinya, akhirnya aku tidur dengan nyenyak.
Namun
ketika aku bangun keesokan paginya, aku menciumnya ... bau harum teh
herbal chamomile. Juga sebuah kertas catatan tergeletak di dekat
bantalku, menunggu untuk kubaca. Di sana ada tulisan tangan Tante
Rue.
“Saat
tiba waktunya, kami akan mengambilnya,” bacaku sembari bergidik,
“Dan kami tak perlu menunggu hingga ia dilahirkan.”
Speechless
ReplyDeleteParanormal Activity
ReplyDeletebuat bahan tumbal
ReplyDeletePengabdi mantan, eh, setan
ReplyDelete😂
Delete