Monday, August 28, 2017

REDDIT DARK TALES #2: PALING TIDAK, KAU MASIH MEMILIKI AKU


AT LEAST WE HAVE EACH OTHER”

Penulis: cardinalgrad03


“Jangan khawatir, Frank! Mereka takkan bisa masuk. Jika mereka mencobanya, aku akan langsung menembak mereka.”

Stanley dan Frak telah terjebak di rumah pedesaan mereka selama berbulan-bulan, sejak wabah itu dimulai. Pertama, masih aman untuk pergi keluar. Toh rumah mereka terletak jauh di pedalaman, jauh dengan kota-kota dimana penduduknya mulai terinfeksi. Bahkan, wabah ini berawal dari negeri-negeri yang jauh, di negara-negara miskin dimana penduduknya tidak mendapat pelayanan kesehatan yang memadai.

Namun tak ada yang dapat menghentikanya. Bahkan pemerintah, ketika wabah itu mencapat negara mereka.

Jika kau digigit salah satu dari mereka, maka kau tamat. Kau akan berubah menjadi zombie-zombie tak berjiwa itu.

Stanley tak pernah melewatkan satu episode pun dari “The Walking Dead”. Teman-temannya menertawakannya, namun Stanley sering bercanda bahwa serial itu membantunya bersiap-siap apabila wabah mayat hidup benar-benar terjadi.

Candaan itu akhirnya menjadi kenyataan.

Stanley adalah pria yang amat bersiap-siap, ia menumpuk makanan, minuman, serta kebutuhan pokok lainnya, tak lupa dengan senjata dan amunisi. Ketika wabah itu akhirnya pecah, ia lega telah melakukannya. Ia dan Frank kini aman dan takkan pernah kehabisan air bersih. Apalagi, lokasinya yang amat terpencil memberikan keuntungan tersendiri.

Namun mereka akhirnya kehabisan makanan lima hari itu. Dan yang lebih parah, zombie-zombie itu mulai berdatangan.

Frank menatapnya dengan tatapan putus asa.

“Jangan panik, kawan!” ujar Stanley, “Kita akan memikirkan jalan keluarnya.”

Ia ingin mempercayai Stanley, namun fakta berbicara lain. Merea tak lagi bisa meninggalkan rumah mereka dengan aman. Terlalu banyak mayat hidup yang berkeliaran. Dan mereka sama laparnya dengan dia.

“Paling tidak kau masih memiliki aku.” Stanley tersenyum.

Aku bisa mendengar suara raungan dan cakaran di luar. Mereka tahu kami di sini. Adrenalin serasa mendesir ketika Stanley meraih senapannya dan mengisinya. Mereka terlalu dekat. Sangat dekat.

Stanley mengarahkan senjatanya ke pintu depan, tak menyadari bahwa Frank melompat ke arahnya dari belakang. Keduanya terjatuh ke lantai.

“Jangan Frank! Apa yang kau lakukan?”

Stanley berteriak, namun ia tak mampu mengimbangi sahabatnya yang kini berdiri di atasnya. Frank tak membuang waktu ketika ia membenamkan giginya ke leher Frank dan menyobek pembuluh darahnya.

Stanley berteriak kesakitan, sekarat. Dalam beberapa menit, ia akhirnya berhenti menggeliat dan tenggelam dalam kubangan darahnya sendiri.

Masalah makanan sudah terpecahkan untuk saat ini.

Frank mundur dari tubuh Stanley dan duduk. Ia bernapas lega. Ia bisa menghabiskan tubuh Stanley selama berhari-hari dan masih memiliki banyak persediaan air.

Kini dia aman.

Dan iapun dengan gembira menggoyang-goyangkan ekornya.

3 comments: