Friday, May 11, 2018

REDDIT #7: BUS HANTU



The Phantom Bus

Penulis: LurkingHorrorWriter


Awalnya, aku tak menganggapnya sebagai sesuatu yang aneh. Bahkan, aku tak pernah memperhatikan bus sekolah. Itu hanya bus sekolah yang senantiasa lalu lalang di jalan-jalan. Aku tidak menyadari ada yang salah, hingga bus itu mulai muncul di tempat-tempat yang tak seharusnya. Semisal, bus sekolah itu muncul malam-malam di luar sebuah bar dimana aku sering keluar untuk minum.


Lalu aku mulai memperhatikannya dimanapun. Bus itu selalu ada. Di dekat kantorku tempat aku bekerja. Dekat kafe dimana aku biasa makan siang. Di dekat bioskop dimana aku sering nonton bersama teman-temanku. Bahkan, aku bisa melihatnya di luar jendela rumahku.

Awalnya kupikir benda kuning itu hanya imajinasiku saat bus itu mengikutiku pulang. Namun aku melihat kaca depan retak, sisi bus yang tergores, dan spion depan yang separuh pecah. Napasku tercekat di tenggorokan. Itu adalah bus yang sama. Akupun berlari kembali ke dalam dan mengunci pintu.

Mungkin mungkin jika aku pergi cukup jauh, mereka takkan mengikutiku.

Malam itu aku absen dari pekerjaanku dan pergi berkemah di hutan. Memang itu bukan solusi jangka panjang, tetapi paling tidak itu tidak akan memberikanku sedikit kedamaian pikiran, walaupun hanya untuk sementara waktu.

Namun ketenangan itu hancur ketika di pagi hari aku terbangun oleh suara mesin yang sedang menderu. Aku membuka ritsleting tendaku dan melongo, menatap keluar. Sebuah bus sekolah terparkir beberapa meter dari tendaku, di tengah pepohonan yang menjulang tinggi.

Akupun menyadari kemudian bahwa hanya ada satu cara untuk membuatnya berhenti. Aku melangkah keluar dari tenda dan naik ke dalam bus itu. Sopir bus itu nyaris tidak memandangku. Aku menyusuri lorong dan duduk di bagian paling belakang bus. Setelah aku duduk, anak-anak mulai naik ke atas bus. Beberapa merangkak, kebanyakan dengan tubuh serta pakaian dan tas mereka yang basah. Tetapi akhirnya bus itu penuh dan kami memulai perjalanan.

Melihat keluar jendela, aku menyadari bahwa kami tidak lagi di hutan. Bus kami berjalan di jalan beraspal diapit oleh bukit curam di satu sisi dan danau yang indah di sisi lain. Aku bersandar di kursi dan menunggu.

Menunggu mobil dengan pengemudi mabuk untuk datang meluncur di jalan.

Menunggu pengemudi bus itu mencoba mengelak dan menabrak pagar pembatas.

Menunggu bus itu terjun membawa kami semua ke dalam danau itu.

Menunggu suara retakan es ketika bus kami menghantam danau yang beku itu.

Menunggu dinginnya air yang masuk melalui retakan kaca jendela dan menenggelamkan kami.

Menunggu suara cakaran dan teriakan minta tolong dari anak-anak yang teredam oleh suara air yang membanjir masuk.

Dan kini aku di sini, menunggu. Mungkin dengan melihatku mati di sini, mereka akhirnya puas dan membiarkanku beristirahat dengan tenang.

Sebab pengemudi mabuk itu ...


Dia adalah aku.


5 comments: