Monday, August 29, 2016

HINGGA FAJAR MENJELANG: CHAPTER 5

 

2

“Ayolah, Jess ...” kata Mike sambil menutup kamar mereka. “Kau tak benar-benar berpikir itu serius, kan?”

“Tapi Sam tak mungkin terlibat. Aku tahu dia suka dengan Josh, tapi ia bukan gadis yang suka mengerjai orang seperti itu. Kau juga tahu kan betapa seriusnya dia?”Jessica duduk di atas ranjang dengan gusar.

“Yah, mungkin saja dia tidak masuk ke dalam rencana Josh. Mungkin saja seperti perkataanku tadi, Josh juga menakutinya. Jika benar, berarti Lyra yang terlibat. Kau lihat kan cara Lyra berusaha menakuti kita?”

“Apa menurutmu ia mengundang kita ke sini untuk membalas kematian si kembar itu?”

Mike duduk di sampingnya dan mengelus rambutnya, hal yang sama yang sering ia lakukan dulu terhadap Elle dan banyak gadis lain sebelum dirinya.

“Sudahlah, Jess. Jangan terlalu dipikirkan. Apapun yang menimpa Dawn dan Hope setahun lalu hanya kecelakaan dan tak ada hubungannya dengan kita. Nah sekarang ...”

Mike dengan lembut membaringkan tubuh gadis itu ke atas kasur.

“Apa yang kau lakukan, Mike?”

“Bukankah kau sudah menunggu saat seperti ini?”

“Mike, apa kau rasa ini tidak terlalu cepat? Kita belum lama jadian kan?” Jessica berusaha menghindar dari cumbuan pemuda itu.

“Cepat atau lambat kita akan melakukannya, kan?” Mike tersenyum. Senyum yang takkan bisa Jessica tolak.

Dan mereka berdua mulai berciuman. Sementara tangan Mike mulai bergerayangan berusaha menanggalkan baju Jessica.

Namun dari sudut matanya, gadis itu melihat sesuatu.

Sinar kuning kecil yang berkedip-kedip. Arahnya dari rak buku.

Jessica segera mendorong tubuh kekasihnya menjauh dan bangkit.

“Hei, ada apa?” protes Mike.

Kecurigaan Jessica terbukti. Dari sela buku-buku ia menemukan sebuah kamera sedang menyala dengan lensa tepat mengarah ke ranjang mereka berdua.

Jessica menatap ke arah Mike dengan berang.

“KAU MEREKAMKU?!” jeritnya.

“Jess ... aku hanya meletakkannya di sana dan lupa mematikannya. Itu bukan apa-apa ...” Mike berusaha menjelaskan, namun Jessica tak berhasrat untuk mendengar gombalannya lagi.

“Rekaman di bawah tadi ... rekaman saat kita mengerjai Dawn ...” Jessica segera menyadarinya. “Itu kau juga yang merekamnya kan? Kau sengaja hendak merekam apapun perbuatanmu dengan Dawn malam itu. Dan kelanjutan rekaman itu ... apa kau juga yang membuatnya?”

“Bukan aku, Jess,sumpah!” tutur Mike dengan bersungguh-sungguh, “Aku memang khilaf saat itu, aku akui. Namun aku tanpa sengaja meninggalkan kamera itu di sini malam itu. Rekamannya hilang, entah siapa yang menemukannya. Mungkin Josh ...”

“Berhentilah menyalahkan Josh!” jerit Jessica sambil menutup telinganya, “Elle benar selama ini, kau sakit!!!”

Gadis itu segera membuka pintu dan membantingnya sembari keluar. Mike berusaha mengejarnya.

Sambil terisak, Jessica berlari menuruni tangga. Sam yang baru saja mengenakan pakaiannya keluar dari kamar dan melihatnya.

“Jess, tunggu! Ada apa?” gadis itu mengejarnya.

***

Jessica keluar dari kabin dan menginjakkan kakinya di salju lembut yang mulai bertumpuk karena hujan salju yang mulai merintik.

“Jessica ... tunggu!” panggil Sam.

Jessica akhirnya berhenti dan menoleh.

“Aku sama seperti Dawn, kan?”gadis itu masih terisak.

“Apa maksudmu, Jess?”

“Setahun lalu Mike mengerjainya dan aku setuju saja. Sekarang, Mike ganti mengerjaiku dan aku berlari keluar sambil menangis, sama seperti Dawn malam itu.”

“Jess, ayo kita masuk ke dalam,” dalam benak Sam masih terbayang pembunuh yang nyaris menghabisinya tadi, “Di sini tidak aman.”

“A .. apa ini karma, Sam?”

“Jess ...” mata Sam membelalak melihat sesosok bayangan menakutkan keluar dari balik semak-semak di belakang Jessica dan segera menyergap gadis itu.

“JESSICA AWAAAAS!!!”

Namun terlambat. Pembunuh itu sudah menangkap gadis itu dan mencengkeram kepala serta rahangnya.

“Jessica!!!” jerit Sam ketakutan.

Gadis itu tak sempat berbuat apa-apa. Ia merasakan cengkeraman kuat di rahangnya.

Tanpa peringatan, pembunuh itu langsung memutar rahang Jessica hingga suara patahan yang amat keras menggema menembus malam.

“KRAAAAAAAAK!!!”

Tubuh Jessica yang tak lagi bernyawa segera ambruk ke tanah dengan wajah tak utuh lagi. Matanya menatap kosong ketika wajahnya terbaring di salju, melumurinya dengan darah.

Sam segera berbalik untuk melarikan diri.

***

“TEMAN-TEMAN!!!” jerit Sam. Ia segera mengunci pintu dan melihat ke jendela. Pembunuh itu tak tampak lagi, namun bukan berarti mereka aman.

“Ada apa?” Mike segera turun ke bawah. Sementara Lyra keluar dari dapur.

“Darimana saja kalian?” tanya Sam penuh selidik.

“Aku mencari Josh dari tadi, tapi belum menemukannya.” jawab Lyra.

“Aku masih di kamar tadi. Apa yang terjadi? Dimana Jessica?”

Sam menatap mereka berdua dengan penuh kecurigaan.Ia teringat perkataan Josh bahwa ada seseorang yang membunuh Dawn dan Hope musim dingin lalu.

Josh mengatakan pelakunya salah satu dari teman-temannya.

Sam segera sadar ia tak bisa mempercayai seorangpun.

 

BERSAMBUNG

No comments:

Post a Comment