Tuesday, August 16, 2016

HINGGA FAJAR MENJELANG: CHAPTER 3

 

until-dawn-generaljpg-e96e8e

SETAHUN KEMUDIAN

“APA YANG akan kaulakukan liburan musim dingin ini, Sam” tanya teman sekamarnya di kampus.

“Kembali ke rumah yang jelas.” kata Sam sambil mengepaki barang-barangnya.”Hei, apa ini?”

Gadis itu terkejut melihat sebuah surat undangan tergeletak di atas ranjangnya.

“Oh itu, aku tadi menemukannya di kotak surat. Kurasa itu untukmu.”

Sam kaget melihat siapa pengirim kartu undangan itu.

“Dari Joshua Washington?”

Dan ia lebih kaget melihat kemana Josh mengundangnya.

***

“Kenapa kau datang ke sana? Bukankah aneh Josh mengundang kalian ke kabin yang sama tepat setahun setelah kedua adiknya meninggal?” tanya Dr. Hill, semakin tertarik dengan kasus yang ia tangani.

“Awalnya aku menduga itu hal yang aneh. Namun ada sesuatu yang menarik kami ke sana ...”

“Rasa bersalah?” Dr. Hill menyimpulkan.

“Kesalahan terbesar kami adalah kembali ke sana. Semua mimpi buruk itu dimulai ketika kami menginjakkan kaki kami lagi ke kabin itu untuk yang kedua kali ...”

***

“Matt? Ashley?” Sam terkejut melihat mereka berdua menanti di depan cable car.

“Sam? Lama sekali kami tidak melihatmu.” Ashely tampak senang melihat kehadiran gadis itu dan memeluknya.

“Ya, sejak kelulusan aku tak pernah melihat kalian lagi.” ujar Sam. Ia terkejut melihat Ashley dan Matt tak hanya datang bersama, namun juga bergandengan tangan.

“Lho ... kalian berdua?”

Pemuda berkaca mata itu tertawa, “Jangan kaget ya ... tapi inilah akibatnya jika terus berteman selama 3 tahun. Lama-kelamaan kita akan jatuh cinta.”

“Dan kau bagaimana, Sam? Sudah dapat pacar? Jangan beralasan lagi, kau kan sudah diterima di kampus ternama.”

“Yah, banyak cowok keren di sana, tapi sayang ... semuanya terlalu rajin belajar.”

Mereka bertiga tertawa lalu menatap cable car yang berayun di depan mereka.

“Bagaimana? Kita naik?” tanya Sam.

“Kau sadar kan Josh yang akan mengendalikan alat ini?” bisik Ashley.

Please girls,” bantah Matt, “Joshua adalah sahabatku sejak kecil. Ia takkan pernah mencelakakan kita. Ayolah!”

Cable car itu berjalan melintasi jurang, yang walaupun tampak indah, namun menyimpan kenangan menyakitkan bagi Sam.

Di sini, entah di mana, tergeletak jasad kedua sahabatnya, Dawn dan Hope.

Cable car itu mulai naik. Sam mulai bisa melihat stasiun pengendali itu muncul dari perbukitan.

Ketika akhirnya cable car itu berhenti, Sam dan yang lainnya turun, disambut oleh wajah yang mereka kenal.

“Apa kabar?” Josh tersenyum ke arah mereka.

Jantung Sam berdetak kencang ketika melihat pemuda itu. Sudah setahun sejak ia terakhir melihatnya.Josh bahkan tak menyelesaikan sekolahnya setelah Dawn dan Hope dinyatakan meninggal. Ia tak pernah lagi muncul di hadapan mereka semenjak kejadian itu. Bahkan Josh tak pernah membalas SMS, email, maupun surat yang Sam kirimkan kepadanya. Dan melihatnya sekarang bagi Sam seperti membangkitkan kenangan lama.

Apakah ini yang dinamakan rindu, pikir Sam. Mengapa ia baru merasakannya sekarang? Mengapa setelah ia kehilangan Joshua untuk sekian lama, barulah ia menyadari perasaannya ini?

“Josh, my bro!” Matt segera memeluknya, “Astaga, aku kangen bermain futbol lagi denganmu.”

Josh menepuk punggung Matt lalu menyapa Sam dan Ashley.

“Kalian terlihat sehat.” katanya di tengah atmosfer canggung itu.”Silakan naik duluan ke kabin. Kalian tahu kan jalannya?”

“Kau tidak ikut, Josh?” tanya Sam.Ia berharap bisa mengulang waktu dimana mereka berdua berjalan bersama-sama melintasi salju.

“Aku masih menunggu satu orang lagi. Silakan saja duluan.” katanya dengan senyuman yang masih tersungging di bibirnya.

***

“Alah, nggak usah sok suci! Aku tahu sejak awal kau memang mengincar Mike!”

“Apa maksudmu? Bukannya kau sudah putus dengannya? Lalu apa salah kalau aku jadian dengannya?”

Terdengar suara dua gadis yang tengah berdebat seru dari dalam kabin.

“Keributan apa itu?” tanya Sam heran. Ashley dan Matt yang berada di depan pintu kabin juga heran. Sam akhirnya memutuskan mendorong pintu dan masuk.

Semua orang menoleh ke arahnya.

Sam baru menyadari kalau Elle dan Jessica yang sedang bertengkar. Dua pemuda tampak bersama mereka. Jung Soo berada di belakang Elle dan pemuda yang masih Sam ingat dengan baik ketampanannya, Mike, berada di samping Jessica.

Kehadiran Sam, Ashley, dan Matt hanya mengusik perhatian Elle dan Jessica sejenak. Dengan segera, mereka kembali melanjutkan pertengkaran mereka.

“Jangan salah! Aku sama sekali tak peduli dengan Mike, tapi berani-beraninya kau menggoda Mike di belakangku!”jerit Elle murka.

“Jadi benar gosip kalau Mike putus dengan Elle dan sekarang malah jadian sama Jessica?” Ashley berbisik kepada Matt. Sam tak sengaja mendengarnya.

“Dia tidak perlu menggodaku, Elle.” Mike akhirnya angkat bicara, “Jessica selalu lebih baik darimu.”

Elle yang memiliki ego tinggi tentu langsung kalap mendengar hinaan itu dan segera menampar pipi Mike. Namun pemuda itu justru tersenyum.

“Lihat, tamparanmu saja tidak sakit. Kau selalu melakukan semuanya setengah-setengah, Elle ...” Mike kemudian berbisik di telinga Elle, namun dengan suara yang sudah ia atur agar dapat didengar orang-orang lainnya di ruangan itu, “Termasuk saat kita melakukannya di ranjang ...”

Masih Mike yang sama, pikir Sam sambil menggeleng-gelengkan kepala.

Elle langsung mendorong tubuh Mike menjauh dengan kasar, lalu segera naik ke kamarnya yang ada di lantai atas, Jung Soo segera mengikutinya.

“Dan gosip bahwa Elle sekarang berpacaran dengan Jung Soo rupanya juga benar.” gantian Matt yang berbisik ke telinga Ashley.

”Apa?” jerit Sam dalam hati, “Elle dan Jung Soo? Benar-benar plot twist!”

“Kasihan anak Korea itu.” Mike tersenyum sinis, “Dia masih saja belum sadar kalau Elle hanya mempermainkannya.”

“Tapi tunggu,” tiba-tiba Sam berseru, “Jika kita semua sudah lengkap di sini, lalu siapa yang Josh tunggu di bawah?”

Tiba-tiba suara derap langkah terdengar di lantai kayu beranda. Semua menoleh dan melihat Josh tengah menggandeng seorang gadis cantik dengan wajah eksotik.

“Perkenalkan semua, ini pacarku, Lyra.”

Hati Sam serasa menciut.

***

“Darimana Josh dapat gadis itu?” tanya Ashley heran ketika mereka sedang makan malam.

“Aksennya aneh.” Jessica ikut nimbrung. “Apa dia dari Eropa Timur?”

Sam masih menatap mereka berdua dengan canggung. Ia tak pernah melihat Josh sedekat dan senyaman itu dengan perempuan. Gadis bernama Lyra itu pasti sudah benar-benar menaklukkan hatinya.

“Aku pernah melihatnya, “ ujar Matt, “Dia anak salah satu rekan bisnis keluarga Washington. Mungkin orang tua Josh yang memperkenalkan gadis itu kepadanya.”

Terdengar suara derap langkah menuruni tangga. Sam menoleh dan melihat Jung Soo serta Elle turun dan langsung menuju ke dapur. Bahkan Elle sama sekali tak menoleh ke arah Jessica.

Hidup memang aneh, pikir Sam. Dulu mereka adalah sahabat dekat dan sekarang mereka adalah musuh bebuyutan.

“Hei,” Mike angkat bicara, “Orang aneh bernama Victor Milgram itu ... apa dia masih ada di sekitar sini?”

“Siapa?”

“Sammy, kau pasti ingat? Terakhir kali ke sini, kau bercerita tentang betapa anehnya dia. Kau pernah melihatnya kan?”

“Oh, pemburu itu?” Sam tak mau mengingatnya kembali, namun karena Mike mengungkitnya, apa boleh buat. “Well, aku tak sempat melihat wajahnya sih, hanya melihatnya berdiri di atas bukit dengan senapan. Itu saja. Kenapa memang, Mike?”

Well, aku mendengar dari penduduk kota kalau dia itu tersangka pembunuhan.”

“Hah, serius? Jadi dia buronan?”semua menjadi tertarik mendengarnya.

“Bukan. Ceritanya begini. Ia dituduh atas pembunuhan istrinya. Namun karena ketiadaan bukti, akhirnya ia dilepaskan. Akan tetapi masih banyak orang yang menganggapnya sebagai pembunuh, jadi dia mengasingkan diri di sini.”

“Astaga, mengerikan sekali,” Ashley bergidik ngeri, “Kuharap ia tidak tinggal dekat sini.”

Sam melihat Lyra berjalan menjauh, mungkin pergi ke kamar mandi. Sam melihatnya sebagai kesempatan untuk berbincang empat mata dengan Josh.

“Hai, Josh.” sapa Sam.

Pemuda itu menoleh, “Halo, Sam.”

“Senang melihatmu lagi, Josh. Aku benar-benar berharap bisa bertemu denganmu saat prom night kelulusan. Namun ...”

“Kenapa?” potong Josh, “Supaya aku bisa berdansa sementara tubuh kedua adikku belum ditemukan?”

“Josh, aku juga sedih dengan kematian Hope dan Dawn. Namun kau harus melanjutkan hidupmu ...”

“Ya, aku dengar kau cukup sukses melanjutkan hidupmu, Sam. Kudengar kau berhasil diterima di universitas bergengsi, seolah-olah kejadian malam itu tak pernah terjadi.”

“Josh, mengapa kau terus menyalahkan kami atas kejadian malam itu?”

“Dengarkan aku, Sam. Setiap bulan semenjak mereka menghilang ... setiap bulan aku selalu datang ke sini mencari mereka, bahkan ke bekas pertambangan batu bara di dasar jurang. Aku selalu berusaha, Sam ... sementara kalian, dengan mudahnya kalian melenggang meninggalkan kami ... melanjutkan hidup kalian seolah-olah tak terjadi apa-apa.”

“Josh, mengapa kau ingin kami menderita? Aku selalu menyalahkan diriku atas kejadian malam itu, namun itu takkan membawa mereka kembali, bukan? Apa ini alasanmu membawa kami kembali ke sini? Untuk menyalahkan kami?”

Josh menggeleng, “Kau salah, Sam. Bukan itu alasanku mengajak kalian kembali ke sini setelah setahun kematian mereka.”

“Lalu apa?”

“Aku tahu semuanya, Sam.”

“Apa maksudmu, Josh? Aku tak mengerti.”

“Aku tahu seseorang membunuh Dawn dan Hope. Aku tahu siapa pelakunya. Salah satu di antara kalian!”

Seseorang dalam grup itu tanpa sengaja mendengar perkataan itu.

“Apa? Dia tahu apa yang terjadi malam itu? Apa dia tahu apa yang aku lakukan pada kedua gadis itu?”

“Dan aku akan membeberkan identitasnya malam ini.”ujar Josh.

Dia terus mendengarkan dengan seksama pembicaraan mereka.

“Aku harus menghentikannya ...”

***

“Perhatian semua!” Josh mendentingkan gelasnya, “Lyra, tolong tuangkan anggur untuk mereka.”

Gadis itu dengan gemulai bergerak di antara para tamu untuk menuangkan sebotol anggur. Sam semakin terkesan dengan keanggunan Lyra dan merasa dirinya sama sekali bukan tandingannya.

Lyra kemudian berdiri di samping Josh, menuangkan sisa isi botol anggur itu ke gelas Josh.

“Terima kasih kalian semua mau datang ke sini walaupun kita semua tahu kejadian tragis yang pernah terjadi di kabin ini setahun yang lalu.” Suara Josh terdengar tercekat, namun ia tetap melanjutkan pidatonya.

“Aku mengundang kalian ke sini untuk mengenang kedua saudariku, yang terakhir kulihat di sini tepat setahun yang lalu ...”

Semua terdiam.

“Kalian tahu,” Josh terdengar hampir menangis.”Malam itu aku mabuk berat. Mungkin Matt tahu karena ia sama mabuknya dengan aku. Malam itu aku tak bisa berbuat apa-apa, bahkan aku baru sadar mereka menghilang ketika bangun keesokan harinya. Seandainya saja aku tidak mabuk ... seandainya saja aku dalam keadaan sadar saat itu ... mungkin aku akan menjadi kakak yang baik dan melindungi mereka ...”

Josh tercekat sebentar lalu melanjutkan perkataannya.

“Hanya butuh satu malam itu untukku berubah. Sejak malam itu aku tak pernah lagi minum. Aku menghentikan kebiasaan burukku itu. Namun malam ini, demi kenangan kedua adikku, aku ingin bersulang untuk mereka bersama kalian.”

Josh mengangkat gelasnya.

“Demi Dawn dan Hope!”

Demi Dawn dan Hope!” semua mengulang sulangan itu dan meneguk isi gelas mereka.

“Ada satu lagi yang ingin kukatakan pada kalian ...” tiba-tiba Josh terbatuk dan menaruh gelasnya ke atas meja.

“Josh,” Lyra tampak khawatir, “Kau baik-baik saja?”

“Aku tak apa-apa ... Maaf, semuanya. Kurasa aku harus istirahat. Kita lanjutkan ini besok pagi.”

“Apa kau ingin kutemani?” tanya Lyra, masih dengan wajah cemas.

“Tak usah, aku bisa sendiri.” Josh dengan tertatih menaiki tangga.

***

“Kau sama sekali tak curiga saat itu?” tanya Dr. Hill sambil mencatat sesuatu di notesnya.

“Untuk apa aku curiga? Semua tampak normal. Lagipula mereka semua adalah sahabatku ... mana mungkin aku mencurigai mereka.”

“Lalu kapan kau merasa ada sesuatu yang janggal?”

***

Sam melihat semuanya telah berpencar. Ashley dan Matt memutuskan keluar berjalan-jalan. Elle dan Jung Soo juga terlihat berduaan. Begitu pula Mike dan Jessica sudah tak terlihat lagi, mungkin bermesraan di tempat lain.

“Sial, kenapa hanya aku yang tak punya pasangan di sini.”Sam akhirnya memutuskan menikmati waktunya sendiri. Di udara sedingin ini, hal terbaik untuk membuatnya rileks adalah mandi air hangat.

Gadis itu segera berjalan menuju ke kamar mandi lalu menanggalkan semua pakaiannya. Ia membelitkan handuk ke tubuh rampingnya dan mulai memeriksa suhu air.

Ah, cukup hangat untuknya berendam.

Ia selalu terlebih dahulu menyentuhkan ujung jemarinya ke air yang akan ia pakai untuk berendam semenjak ia mendengar urban legend tentang seorang gadis yang mandi di bathub kemudian kulitnya langsung melepuh begitu ia masuk ke dalam air. Ketika melongok keluar jendela, tampak seorang psikopat tersenyum ke arahnya sambil membawa sebotol asam sulfat.

Dalam hati Sam merasa geli dengan ketakutannya sendiri. Ia terlalu banyak membaca creepypasta dan menonton film horor.

Sam melepaskan handuknya dan masuk ke dalam bathub. Suhu airnya cukup untuk menghangatkannya dari hawa dingin bulan Desember yang mengigil. Tak lupa ia menyalakan lilin aroma terapi dan mengalunkan musik dari MP3-nya.

Sam memejamkan mata, mencoba menikmati suasana tersebut.

Tanpa ia sadari, sesosok bertopeng menyelinap masuk ke kamar mandi, hampir tanpa suara.

 

BERSAMBUNG

2 comments: