Thursday, January 19, 2017

AFTER DAWN: CHAPTER 8 (FINAL)

 

UNTIL DAWN 2

Calvin kembali membenamkan kepala Sam untuk yang kedua kali. Gadis itu meronta dan berhasil mencakar tangan pemuda itu. Calvin segera melepaskannya.

Deru air terjun semakin mendekat. Sam tahu ia tak punya kesempatan lagi.

Segera tubuhnya yang tadi meluncur karena derasnya dorongan air kini terjatuh menyentuh udara. Gaya gravitasi menariknya lagi, dihujani derasnya air yang menuruni jurang.

Mereka terjatuh dari ketinggian.

Kejadian itu berlangsung mungkin hanya beberapa detik, namun rasanya seperti selamanya.

Tubuh Sam kembali tercebur ke dalam air untuk kedua kalinya. Ia langsung terbenam ke dalam sungai, namun dengan sekuat tenaga ia menggerakkan kakinya, berusaha untuk naik ke permukaan air.

Tiba-tiba ia merasakan air di sekitarnya berubah menjadi merah, seperti lautan darah. Sam merasa mual seketika saat air itu masuk ke mulutnya dan terasa getir.

“Da ... darah siapa ini?” pikirnya panik, “Apa aku terluka?”

Berusaha melawan derasnya air, Sam berhasil memunculkan kepalanya dari dalam air dan menjerit ketika di dekatnya, sebuah tubuh mengapung.

Itu tubuh Calvin.

Darah mengucur teramat deras dari kepalanya. Sepertinya kepalanya tadi menghantam bebatuan saat jatuh dan pecah seketika.

Sam berusaha berenang dengan mengepakkan kaki dan tangannya. Akhirnya ia merasakan siraman air dari atasnya berkurang derasnya dan permukaan air semakin tenang. Ia akhirnya mencapai pinggir sungai dan mencoba naik.

Namun seutas tangan menarik kakinya.

Gadis itu menjerit dan berbalik.

“Ba ... bantu aku ...” ucap seorang pemuda dengan kepayahan dari dalam air.

“Irwan!” panggil gadis itu dengan lega. Ia segera menariknya dan mereka berdua melihat gelapnya langit semakin memudar.

“Fa ... fajar akan segera terbit ...” pemuda itu tersengal-sengal, masih berbaring menatap langit, “Teman-temanku akan datang. Kita akan selamat.”

***

 

Sam tak pernah melihat fajar seindah ini ketika matahari menyingsing di cakrawala, menerangi langit dan lautan sehingga mereka menampakkan warna birunya yang hangat.

Sebuah kapal motor berlabuh di tepian dermaga dan para penumpangnya tampak terkejut melihat Sam dan Irwan berjalan terhuyung-huyung ke arah mereka. Para pemuda berseragam jagawana itu segera membantu mereka.

“Lihat kan?” Irwan mengedipkan matanya pada gadis itu, “Sudah kubilang kita akan selamat.”

Sam tersenyum.

Gadis itu dipapah ke dalam kapal motor untuk diberi pertolongan medis. Sementara itu salah satu jagawana menyelimuti tubuh Irwan yang basah kuyub.

“Hei, kau punya telepon? Aku perlu menghubungi seseorang.”

“Siapa, Emakmu?” sambut salah seorang temannya itu sambil tertawa.

“Sialan kau!” Irwan menerima handphone itu dan menekan nomor yang sudah dihapalnya.

“Halo, ya ini saya ...” ujarnya sembari membalikkan tubuh, “Ya ... tugas saya selesai. Pengkhianat itu sudah mati.”

Terdengar balasan di telepon itu. Irwan tersenyum mendengarnya.

“Baik, Mrs. Fear ... senang bekerja untuk Anda ...”

 

THE END

3 comments: