Penulis: movieman94
Judul Asli: “Ten Dollars a Tooth”
“Mama!”
Putriku
yang berumur 6 tahun menerjang masuk ke ruang kerjaku dan menarikku dari
kertas-kertas laporan kerja yang sedang kukerjakan.
“Ada apa,
Sayang?”
“Gigiku
akhirnya lepas!” ia mengeluarkan tangannya dan menunjukkannya kepadaku.
Merasa
bersalah karena mengabaikannya seharian karena pekerjaanku ini, akupun
menyingkirkan kertas-kertas itu, “Wow Sayang, itu luar biasa! Mana Mama lihat!
Ini gigi pertamamu?’
“Iya dong!”
dengan bangga ia membuka mulutnya lebar-lebar dan menunjukkan celah dimana
giginya tadi sebelumnya berada.
“Kamu sudah
besar ya sekarang, Sayang.” Pujiku,
“Yap, dan
aku akan memberikannya ke Peri Gigi besok.”
“Peri
Gigi?’ tanyaku heran dalam hati. Aku bukan orang tua tradisional yang mengisi
pikiran anak-anak mereka dengan tokoh rekaan seperti kelinci Paskah atau Santa
Claus. Jadi darimana dia dengar tentang Peri Gigi?
“Peri Gigi
itu tidak ada, Sayang. Teman-teman di sekolah ya yang memberitahumu?”
selidikku.
“Ada kok,
ma. Peri Giginya namanya Miss Martha dan dia berjanji akan memberiku 10 ribu
untuk satu gigi.”
Aku tahu
itu! Miss Martha adalah janda yang tinggal di sebelah rumah kami. Kami selalu
memintanya menjaga anak kami saat kami pergi bekerja. Aku harus berbicara
kepadanya malam ini tentang hal ini.
“Hmmm ...
bagaimana kalau giginya kamu buang saja, Sayang?”
Anakku
dengan tegas menggeleng, “Nggak mau! Aku mau 10 ribu!”
“Kalau
begitu titipin saja ke Mama. Nanti biar Mama kasih ke Miss Martha.”
Ia
menatapku penuh ragu, namun akhirnya ia menyerahkan tanggalan gigi itu
kepadaku.
Selepas
anakku tidur, aku pergi mengetuk pintu rumah Martha. Sudah jam 8.45 malam
sekarang, mungkin dia sudah tidur. Namun pintu akhirnya mengayun membuka.
Ia
menyapaku dengan ramah dan kami berbasa-basi sebentar sebelum akhirnya aku
menginjak inti permasalahan.
“Martha,”
kataku, “Peri Gigi itu tidak nyata dan aku akan sangat menghargai jika kau
menceritakan tentang omong kosong itu kepada anakku.”
“Oh, tapi
Peri Gigi itu benar-benar ada ...”
“Tidak, itu
tidak ada!”
Aku malas
berdebat dengannya sebenarnya malam-malam begini. Mataku menyelinap ke dalam
rumah. Dari balik Martha aku bisa melihat foto mendiang suaminya di atas meja
dengan sebuah toples kaca besar yang ditutupi dengan kain flanel berenda. Entah
apa isinya, tapi pasti penting mengingat benda itu diletakkan di ruang tamu
seperti itu.
“Iya benar.
Ada kok. Dan sebaiknya kamu berikan gigi itu kepadaku ...”
“Gigi? Gigi
anakku? Aku sudah membuangnya.” Aku berbohong.
“Tuh,” dia
menunjuk ek arah sakuku, “Aku tahu kau menyimpannya di sana. Aku bisa
menciumnya.”
“Menciumnya?
Apa-apaa ...”
“Ayolah,”
ia mengeluarkan uang 100 ribu dari sakunya, “Kubayar dengan ini. Biarkan aku
memiliki gigi itu ...”
“Aku nggak
akan memberikannya, dasar aneh! Dengar, aku tak mau kamu menjaga anakku lagi
...”
“Oh kurang
ya, kalau begitu berikan ini sebagai gantinya ...”
Tiba-tiba
ia menarik salah satu giginya sekuat mungkin. Gigi itu langsung terlepas,
diikuti darah yang mengalir dari mulutnya, turun membasahi dagunya, hingga
menetes ke lantai.
psycho
ReplyDeleteSo strong.. Itu pasti satu set gigi asli suaminya yg ada di dalam toples
ReplyDeleteEhm,,agak gak paham,,
ReplyDelete