Thursday, May 26, 2016

SCP – MALEVOLENT CREATURES: EPILOGUE

 

CONSPIRACY THEORY

SCP

Karakter: Andrew Garnet – Morgan Wolf – Marissa Salazar – Malachi Cooper – Tyler MasonSadie FrancoJoshua MooreFaye GriffinAmelia NewtonDr. ClefDexter Barclay – Kate MacTiriss – Grady “The Saint” Blackburn – Hunter

***

Andrew membuka matanya. Pintu di depannya telah tertutup.

“Tidaaaaak!!!” seru Malachi. Dengan marah ia mendorong Doctor Plague dan memukul wajahnya. Ia kemudian merebut jarum suntik dari tangannya dan menusukkannya ke tubuh makhluk SCP itu.

Doctor Plague-pun tergeletak tak sadarkan diri.

***

“Dexter? Kenapa ia melakukannya ...” bisik Kate.

Grady ikut membuka matanya dan menyaksikan tubuh Dexter tergeletak dengan kepala bersimbah darah. Ia telah menembak dirinya sendiri.

“Apa karena dia melihatnya?” tanya Grady dalam hati. “Makhluk apa sebenarnya SCP 001 itu? Mengapa Dexter memutuskan bunuh diri setelah melihat makhluk itu?”

Mungkin itu pertanyaan yang takkan pernah bisa ia jawab.

***

“Morgan, kita berhasil ...” Andrew segera menggenggam tangan gadis itu. Morgan-pun membalasnya dengan senyuman.

“Andrew, kenapa kau terus berbicara sendiri” Marissa datang menghampirinya.

“Apa maksudmu? Aku kan berbicara dengan Morgan. Kita sudah bersama sejak semenjak kita berdelapan dikurung di sel tahanan itu ...”

“Tujuh! Kita hanya ada bertujuh, Andrew! Kau, aku, Josh, Malachi, Faye, Sadie, dan Tyler!”

“A ... apa? Kenapa kau tak bisa melihat Morgan?” Andrew menoleh pada Grady yang datang bersama dengan Kate. “Grady, kau bisa melihatnya kan?”

“Dia benar, Andrew.” jawab Grady, “Hanya ada tujuh orang D-class personnel di addendum misi ini. Tak ada yang bernama Morgan. Kau selama ini berada di rumah sakit jiwa jadi aku mengerti jika ...”

“TIDAK!” bantah Andrew, “Aku tidak gila!”

“Maafkan aku Andrew, tapi aku sudah membaca file kasusmu. Kecelakaan orang tuamu sama sekali tak ada hubungannya dengan SCP 745. Alien itu bahkan belum sampai ke bumi saat orang tuamu meninggal.”

“Kalau bukan SCP 745, lalu siapa yang membunuh mereka?” tantang Andrew. Namun tiba-tiba ia teringat jawabannya.

“Ya Tuhan,” bisiknya ketika semua ingatan tentang malam itu kembali mengalir di kepalanya.

“Aku ... akulah yang membunuh mereka ...”

***

“AYAH TAK PERNAH MENGERTI!” seru Andrew.

“Ini semua demi kebaikanmu, Andy!” ucap ayahnya yang tengah menyetir di sampingnya dengan wajah khawatir, “Kami harus membawamu ke rumah sakit itu.”

“Iya, Andy!” ibunya terisak di kursi belakang, “Kau harus mendapat perawatan.”

“TIDAK!” bentak Andrew sambil membanting setir yang dipegang ayahnya, “AKU TAK MAU PERGI KE SANA!”

“JANGAN ANDY!!!” seru ayahnya. Yang pemuda itu dengar berikutnya adalah teriakan ibunya ketika sepasang lampu mobil itu melaju tepat ke arah mereka.

***

“Ayah ... Ibu ...” Andrew terbangun dengan kepala berat. Ia merasakan darah mengalir di kepalanya dan berusaha menghentikan pendarahan dengan telapak tangannya.

“Ayah, bangunlah ...” ia mencoba menggoncang-goncangkan tubuh ayahnya yang kini kepalanya terkulai di atas setir, namun percuma.

“Ibu?” ia menoleh ke belakang dan melihat tubuh ibunya juga kini tak lagi bernyawa.

“Ayah ... ibu ... maafkan aku ...” Andrew terisak dan mencoba keluar dari mobil tersebut. ia melihat mobil yang baru saja ditabraknya. Kondisinya sama hancurnya dengan mobil orang tuanya.

Ia melihat kepala seorang gadis terkulai berdarah di atas dashboard dengan kaca depan mobil berserakan dimana-mana.

Gadis itu pastilah pengendara mobil itu.

“Apa kau tak apa-apa?”

Ia mengangkat kepala gadis itu untuk melihat wajahnya.

Ia terkejut melihat luka besar menganga di wajah gadis itu ...

Wajah Morgan yang telah meninggal.

***

“TIDAAAAAK!!!” teriak Andrew penuh pilu ketika ia kembali teringat dengan kejadian itu. ia menatap Morgan yang ada di depannya.

“Maafkan aku ....” jerit pemuda itu, “Maafkan aku ...”

Morgan hanya menatapnya dengan wajah sedih, “Semua sudah terjadi, Andy. Tak ada yang bisa kau lakukan untuk mengubahnya.”

“Kau menderita skizofrenia sejak kecil. Orang tuamu hanya berusaha untuk merawatmu.” Grady menjelaskan, “Kemudian kau mulai mendengar tentang SCP di rumah sakit jiwa dan menyalahkan mereka atas kematian orang tuamu. Aku mengerti hal itu. Pasti menyakitkan memikirkan kau adalah penyebab kematian orang tuamu.”

Grady menoleh ke arah Kate.

“Hal yang sama berlaku untukmu, Kate. Pergilah dengan damai ke alammu.”

***

“Apa maksudmu, Grady?’ tanya Kate dengan wajah kebingungan.

Grady hanya menatapnya dengan sedih.

***

“Di sini Mobile Task Force! Telah terjadi contamination breach!” panggil Grady melalui radio.

“SCP apa yang lolos, Komandan?”

Grady menjawab, “Aku tak tahu. Tapi dilaporkan satu personel telah menjadi korban. Identitas belum dikonfirmasi.”

Personel yang berbicara lewat handie talkie kemudian terdiam.

“Saya ulangi, mohon konfirmasi identitas korban!”

“Maafkan saya, Komandan ...” operator itu terdiam sejenak, “Namun korbannya adalah ...”

“Tidak!” seru Grady, mengerti apa yang ia maksudkan, “Itu tidak mungkin!”

Grady segera menyerbu masuk ke laboratorium tanpa mempedulikan anak buahnya. Di sana, ia melihat kaca-kaca pecah dan tubuh istrinya tergeletak berlumuran darah di lantai.

“KATE!!!” teriaknya histeris. Ia segera merangkul tubuh istrinya yang tak lagi bernyawa.

“JANINNYA!” teriaknya, “DIMANA JANINNYA?”

Padahal semuanya sudah terlihat sempurna bagi masa depan Grady dan Kate. Hanya menunggu sebulan lagi sebelum kelahiran anak mereka. Grady selalu meminta Kate untuk segera cuti, namun ia selalu mengatakan bahwa ia terlalu mencintai pekerjaannya.

Ia melihat sebuah boneka teddy bear berlarian, meninggalkan jejak darah kemanapun ia pergi.

“KEPARAT!” Grady segera menyemburkan senjatanya dan membakar habis teddy bear itu.

“Komandan ...” para anak buahnya ketakutan melihat Grady mengamuk seperti itu.

“TEMUKAN JANINNYA! TEMUKAN ANAKKU!!!”

***

“I ... itu tidak mungkin ...” Kate menangis, “Aku sudah meninggal?”

“Maafkan aku, Kate. Namun 40 hari semenjak kejadian itu, kau tiba-tiba muncul kembali. Entah bagaimana caranya, tak ada yang tahu. Mungkin itu ada hubungannya dengan SCP yang tengah kau teliti. “ jawab Grady dengan wajah sedih.

Iapun melanjutkan, “Namun kau kehilangan ingatanmu. Kau tak ingat kau pernah mati, mengandung, bahkan tak ingat bahwa kau pernah menikah denganku. Dr. Clef mencoba memasukkanmu ke dalam list SCP mereka, bahkan hendak menomorimu. Namun aku menentangnya. Kau tetap adalah bagian dari kami. Dr. Clef menyetujuinya dan membiarkanmu tetap bekerja di sini.”

“Lalu anak kita ...” tangisnya, “Dimana anak kita?”

***

Grady mengajak Kate ke lantai itu, dimana sebuah boneka teddy bear tengah bermain di antara koleksi SCP yang lain.

Mendengar langkah kaki mereka, SCP 1048-B segera berlari menghampiri mereka.

1048

Grady mengelusnya, “Temuilah ibumu ...”

Kate tersenyum, “Oh Grady, ia sangat ... lucu ...”

***

SETAHUN KEMUDIAN

SEBUAH STASIUN KERETA API DI                              , KOREA SELATAN

“Selamat datang, Agent D-115.” Gadis cantik berpakaian serba putih itu membungkukkan diri, “Nama saya Cassandra Choi, representatif dari SCP cabang Korea.”

Walaupun gadis itu berpakaian mencolok dengan baju laboratorium ala ilmuwan yang tentu tak lazim terlihat di sebuah stasiun yang ramai, namun orang-orang yang lalu lalang seakan-akan tak memperhatikannya.

Pemuda itu tersenyum melihatnya, “Jadi di sinilah penampakan SCP 222 tersebut, Nona Choi?”

“Benar, Agent D-115. Namun sebelumnya saya ingin mengatakan bahwa saya sangat terhormat bisa bertatapan muka langsung dengan Agent SCP sehebat Anda. Saya sudah mendengar banyak tentang Anda. Anda memulai karier Anda sebagai D-class personnel dan naik pangkat setelah berhasil mengalahkan monster SCP yang paling berbahaya.”

“Ah, itu hanya berita yang dibesar-besarkan.” jawab pemuda itu, “Kemampuanku tak sehebat itu.”

Suara kereta api mendekat.

“Apa itu dia?”

Agent D-115 mencium bau mayat hangus ketika kereta itu mendekat dan akhirnya berhenti. Anehnya, hanya beberapa orang yang tampaknya menyadari keberadaan kereta itu. Beberapa orang tampak terkejut dan menutup hidupnya. Beberapa yang terlihat menyadari kereta api itu tampak acuh tak acuh. Namun sebagian besar dari orang di peron itu tampaknya tak melihatnya.

222

“Jumlah indigo selalu saja lebih sedikit ketimbang populasi normal.” komentar Agent D-115, “Jadi apa sebenarnya kereta ini?”

“Dilihat dari kondisi dalamnya yang benar-benar hancur dan level radioativitas yang selalu naik di stasiun yang disinggahi kereta ini, kemungkinan kereta ini telah melewati lokasi ledakan nuklir.”

“Nuklir?” tanya agen itu heran, “Namun tak ada pernah ada nuklir yang meledak di Korea Selatan bukan?”

Gadis itu menjawab dengan wajah muram, “Ada teori bahwa kereta ini berasal dari masa depan.”

“Baiklah, kita masuk?”

“Silakan, Agent D-115.”

“Jangan panggil aku D-115 terus,” kata pemuda itu sambil tersenyum, “Panggil saja dengan nama asliku.”

Gadis itu itu tersenyum balik.

“Baiklah, Malachi.”

 

THE BEGINNING

10 comments:

  1. The Beginning? Lanjut bang dave
    -fath

    ReplyDelete
  2. weyyy, mantap ini akang dave!!!

    ReplyDelete
  3. lah terus nasibnya andy sama marissa gimana bang?

    ReplyDelete
  4. yoooo .. Gua kira Andrew ternyata Malachi.
    Kisah Andrew nya keren !! tapi masih penasaran sm SCP 001.
    btw ini lanjut? ceritanya ada korea-koreaan mantap

    ReplyDelete
  5. Keren as always... :) b
    D tunggu cerita2 yang lain bang dave... ��

    ~Venzuu~

    ReplyDelete
  6. tak ada yang lebing mengerikan ,dari scp 169 dan it ada di dunia nyata kawan, silahkan di search

    ReplyDelete
  7. Aaaa kerenn, baru bacaa, personel lain tak dijelaskan ini hiks? *endingnya rada gantung* :(
    Btw salam kenal bang dave, ane pendatang baru disini, ceritanya keren2 terimakasihh yaa :D

    ReplyDelete