Friday, May 20, 2016

SCP – MALEVOLENT CREATURES: CHAPTER 12

 

THE LAST STAND

SCP

Karakter: Andrew Garnet – Morgan Wolf – Marissa Salazar – Malachi Cooper – Tyler MasonSadie FrancoJoshua MooreFaye GriffinAmelia NewtonDr. Clef – Dexter Barclay – Kate MacTiriss – Grady “The Saint” Blackburn – Hunter

***

Keempat orang itu tak mampu berbuat apa-apa.

Makhluk-makhluk itu berlari ke arah mereka, hendak menerjang mereka.

Andrew hanya bisa pasrah dan memejamkan mata.

Namun tak terjadi apapun.

Ia membuka matanya dan menyadari bahwa monster-monster itu hanya berlari melewati mereka.

“A ... apa yang terjadi?”

“Me ... mereka bukan hendak menyerang kita?” tanya Morgan heran, masih agak ketakutan dengan wujud makhluk-makhluk mengerikan tadi.

“Untung saja ...” Marissa menghela napas lega, “Kupikir aku akan mati tadi.”

“Ti ... tidak ... ini lebih buruk lagi,” wajah Grady berubah pucat karena ia menyadari sesuatu, “Makhluk-makhluk SCP itu ... mereka kabur dari sesuatu ...”

Kabur? Dari apa?” Andrew menatap Grady, “Apa yang bisa membuat mereka lari ketakutan seperti itu?”

***

“SCP 001” tiba-tiba terdengar suara dari atas mereka, dari balkon. “Mereka kabur dari arah sana ... di situlah SCP 001 dikurung.”

Grady mendongak ke atas dan melihat para personel keamanan yang berjumlah puluhan tengah menodong mereka. Di antara mereka, terlihat Dexter tengah menyandera Kate.

“Kate!” seru Grady, “Dexter ... jika kau menyakitinya, aku bersumpah akan ...”

Dexter justru tertawa, “Harusnya kau lebih khawatir pada keselamatanmu sendiri, Grady! Kami akan segera kabur dari sini, namun aku akan berbelas kasihan sedikit padamu dan teman-temanmu.”

“Grady, jangan pedulikan aku!” jerit Kate sambil meronta, mencoba melepaskan diri dari cengkeraman Dexter, “Cepat kabur dari sini!”

“Aku tak bisa membayangkan betapa mengerikannya kematian kalian jika kalian bertemu dengan SCP 001. Maka aku akan mencegah semua penderitaan itu dan membunuh kalian langsung di sini, tanpa rasa sakit ...”

Para tentara itu menodongkan senjata mereka ke arah Grady dan para remaja itu.

***

“DOR! DOR! DOR!” suara tembakan dan desingan peluru terdengar menggema bertubi-tubi memenuhi hanggar itu.

***

Para penjaga itu berjatuhan dari balkon. Tembakan terus terdengar, melumpuhkan para penjaga itu hingga hampir tak tersisa. Dexter segera menyingkir, membawa Kate bersamanya, turun menapaki tangga.

Andrew tak percaya apa yang terjadi. Ia menoleh dan melihat sepasukan orang bertopeng dan bersenjata lengkap menyerbu masuk ke hanggar, menghabisi para personel SCP tanpa ampun.

“Si ... siapa mereka?” bisik Andrew dalam hati.

“Marissa! Marissa!” seru seorang pria berjas yang masuk bersama orang-orang bersenjata itu.

“Ayah!” teriak Marissa. Gadis itupun langsung berlari menghampiri pria itu dan menangis di pelukannya.

“Ayah? Dia bos mafia itu?” Andrew heran.

Para anggota mafia itu kemudian menodongkan senjata ke arah Andrew dan Morgan.

“Jangan!” cegah Marissa, “Dia adalah temanku!”

“Marissa, kita harus cepat pergi dari sini. Ayah melihat monster-monster mengerikan di luar.”

“Andy, ikutlah dengan kami!” ajak Marissa.

Andrew menoleh dan melihat Grady berusaha mengejar Dexter yang masih menyandera Kate.

“Tidak!” kata Andrew. “Aku harus membantu Grady. Dia sudah menyelamatkan nyawa kita, hanya ini satu-satunya cara membalasnya. Toh tanpa bantuan gadis itu, kita mungkin tak bisa melepaskan kalung ini dari leher kita.”

Andrew menoleh ke arah Morgan yang ada di sampingnya, “Kau ikut denganku kan, Morgan?”

Gadis itu mengangguk.

Tanpa sadar Marissa meneteskan air mata melihat kepergian Andrew ke sarang SCP 001.

“Ada apa dengan anak itu? Aneh sekali.” ujar ayah Marissa.

“Aku harap dia selamat.”

***

“Darimana kau mendapatkan luka di wajahmu itu?”

“Haruskah kita membahasnya saat ini?” dengus Morgan kesal sambil berlari mengejar Grady. Ia bersikap sinis seperti biasa.

“Hei kenapa kau begitu membenciku? Kita mungkin takkan hidup setelah ini, jadi kurasa ini waktu yang tepat.”

“Kecelakaan. Puas? Aku tak mau mengingatnya.”

“Oke.” balas Andrew. Langkahnya terhenti ketika melihat Dexter tengah menodongkan senjata ke arah Grady dan meletuskannya. Suaranya memekakkan telinga. Grady langsung tersungkur dan Kate segera menjerit menghampirinya.

“Sudah kubilang jangan macam-macam denganku, Saint!” Dexter masih menodongkan senjatanya. Melihat Grady masih hidup, ia kini mengarahkan moncong senjatanya ke kepalanya.

Andrew segera menerjang pria itu dari belakang. Dexter yang tak menyangka serangan itu menjatuhkan pistolnya.

“Lepaskan aku!” Dexter yang lebih kuat berhasil melepaskan diri dan membanting tubuh pemuda itu. Namun Morgan dengan gesit mengambil pistol itu dan memukulkan gagangnya ke kepala Dexter, membuatnya jatuh pingsan.

“Huft,” ujar Andrew lega, “Terima kasih, Morgan.”

Gadis itu tersenyum ke arahnya. Senyum pertama semenjak mereka terjebak bersama di fasilitas SCP ini.

“Ka ... kau harus menghentikan SCP 001 ...” bisik Grady sambil menahan sakit, “Masih ada kesempatan ... jangan sampai ia bangkit ...”

“Apa sebenarnya SCP 001 itu? Mengapa semua begitu takut padanya.” tanya Andrew.

“Tak ada yang tahu ... dan itulah yang membuatnya makin menakutkan,” jawab Kate, “Salah seorang teman kalian mencuri kertas mantra yang mampu membangkitkan SCP 001. Jika ia bangun, maka seluruh makhluk di dunia ini tinggal menanti ajal saja ...”

“Malachi?” ujar Andrew tak percaya, “Ini semua perbuatannya?”

***

Malachi menatap pintu yang ada di depannya. Tertera dengan jelas simbol dalam kertas itu sama persis dengan simbol yang terukir di pintu kayu itu. Pintu tersebut hanya tergantung di udara, sama sekali tak menempel di dinding apapun.

“Jika aku membukanya, maka SCP 001 akan lepas ...” pikir Malachi.

“JANGAN, MALACHI!” seru Andrew. Pemuda itu menoleh.

“Ah, kau selamat rupanya. Hebat sekali, padahal ada banyak sekali monster berkeliaran.” Malachi tertawa.

“Kau tak tahu apa yang kaulakukan! Kau akan membunuh banyak orang jika kau melepaskannya!”

Malachi tertawa, “Kau pikir apa tujuanku, Andy? Tentu saja itulah yang kuinginkan.”

“Tapi kau juga akan ...”

“Mati? Tentu saja. Namun ...” Malachi tersenyum, “At least I will have some fun ...”

Mulut Malachi kemudian berkomat-kamit membacakan mantra dalam bahasa Latin.

“TIDAAAAAAAK!!!!”

***

Sebuah skalpel tiba-tiba menancap di tangan Malachi. Ia langsung menjatuhkan bukunya.

Andrew menoleh. Ia melihat Doctor Plague tiba-tiba menerjang tubuh Malachi hingga mereka berdua terjerembap ke tanah.

Ia segera mengeluarkan jarum suntik dengan cairan berwarna di dalamnya dan berusaha menusukkannya ke mata Malachi.

Malachi berusaha keras menahannya.

“Ka ... kau ... kenapa kau justru membantu manusia-manusia itu ...”

“Aku tak ingin dunia hancur ...” bisik Doctor Plague, “Aku akan kehabisan pasien ... Sama sekali tidak menyenangkan ...”

“Sudah terlambat!” jerit Kate dari kejauhan, “Ia sudah selesai mengucapkan mantranya. SCP 001 akan keluar dari pintu itu!”

“Tidak! Belum terlambat!” seru Grady yang masih dipapah Kate, “Andrew! Kau harus mengunci pintu itu! Jangan sampai makhluk itu keluar!”

Tiba-tiba pintu antardimensi itu mulai terbuka secara perlahan. Pusaran angin yang kencang berhembus keluar dari pintu itu.

Dan sesuatu mengeluarkan jemarinya, mencoba keluar.

***

“SCP 001 ...” bisik Dexter yang berjalan limbung mendekati pintu itu. Ia bisa melihatnya dari sana.

“Akhirnya ia akan bangkit.”

***

Grady memejamkan mata dan menutupi wajah Kate dengan tangannya.

“Andrew, majulah ... tapi jangan sekali-kali lihat makhluk itu!”

***

Andrew memejamkan matanya. Tidak, ia tak boleh menatap makhluk itu.

Ia segera memberanikan diri maju untuk mendorong pintu itu agar kembali menutup.

***

Mata Dexter membelalak ...

Walaupun pintu itu baru setengah membuka, ia bisa melihat sosok makhluk yang dinamakan SCP 001.

“Mus ... mustahil ... makhluk itu adalah ...”

***

Andrew mendorong pintu itu. ia merasakan makhluk itu meronta dan berusaha mendorong balik.

***

Dexter mengangkat pistol yang tadi terjatuh di lantai.

***

Makhluk itu mengeluarkan jemarinya ke sela pintu. Namun Andrew terus mendorongnya dan akhirnya berhasil menutup portal. Angin yang keluar dari pintu akhirnya berhenti berhembus.

***

“DOOOOR!!!!”

***

Kate menjerit mendengar bunyi tembakan itu dan membuka matanya.

Ia tak percaya apa yang ia lihat.

 

TO BE CONTINUED

6 comments: