Thursday, March 31, 2016

SCP – MALEVOLENT CREATURES: CHAPTER 6

 

DESCENT TO STAIRS OF NOWHERE

SCP

Karakter: Andrew Garnet – Morgan Wolf – Marissa Salazar – Malachi Cooper – Tyler Mason – Sadie Franco – Joshua Moore – Faye Griffin – Amelia Newton – Dexter Barclay – Kate MacTiriss – Grady “The Saint” Blackburn – Hunter

***

“Lari! Cepat lari!” seru Josh. Ia salah masuk. Seharusnya ia sudah menduga. Semua fasilitas ini, tangga inilah alasan mengapa markas ini dibuat.

Fasilitas SCP ini dibangun di sekitar SCP 087; tangga tanpa akhir.

Seharusnya ia sudah curiga ketika mereka menuruni tangga ini terlalu lama, tanpa ada tanda-tanda mereka akan mencapai dasarnya.

Seharusnya ia sudah curiga ketika mereka mendengar suara tangisan dari bawah dan rasa penasaran menarik mereka seperti gravitasi untuk memeriksanya.

Seharusnya ia sudah curiga ketika samar-samar ia melihat wajah menggantung di dalam kegelapan tangga itu.

Wajah yang hanya memiliki mata, tanpa hidung ataupun mulut. Tanpa badan.

Wajah yang kini mengejar mereka.

087

“Sadie! Sadie!” seru Josh. Gadis itu tadi ada di belakangnya. Dimana dia?

Josh memberanikan diri menoleh ke bawah. Ia melihat tubuh gadis itu sudah teronggok di anak tangga, terkulai dengan posisi yang aneh.

Tubuhnya telah terpuntir, kepalanya menghadap punggung dan tangan serta kakinya menekuk ke arah yang salah.

Monster itu telah menangkapnya.

Josh terus berlari. Ia menarik napas lega ketika melihat pintu emergency yang tadi dimasukinya.

Ia memutar pegangan pintunya, namun tak bergeming.

“Tolong!” ia menggedor-gedor pintu, “Tolong aku!!!”

Tiba-tiba pintu terbuka.

“Ada apa?”

Ia terkejut melihat wajah yang tak diduganya membukakan pintu. Malachi. Namun ia tak peduli.

“Ada setan! Cepat pergi dari sini!”

***

“Anak gadisku ... dimana anak gadisku ...” Doctor Plague masih bernyanyi riang memasuki tangga tanpa akhir itu. Ia terus menuruninya hingga akhirnya menemukan pasien yang dicarinya.

Sayang ia sudah menjadi mayat.

“Ah, aku terlambat rupanya,” kata dokter itu, masih dengan nada nyanyian.

Ia merasa ada sesuatu yang memperhatikannya.

Wajah itu masih mengapung dalam kegelapan. Ia terlihat marah karena ada yang hendak mengambil mangsanya.

Doctor Plague maju menantangnya dan makhluk penghuni tangga itu tampak ketakutan. Perlahan ia menghilang ke bawah tangga, dimana masih terdengar isakan dan tangisan anak kecil dari sana.

“Nah, anakku ... kau akan menjadi obat yang dicari semua orang.” Doctor Plague mengangkat tubuh Sadie yang telah terdistorsi itu dan membaringkannya di tempat datar, belokan antar lantai; tempat sempurna untuk mengoperasinya.

“Aku akan membuatmu cantik kembali ...”

Doctor Plague mulai membuka tas bedahnya dan mengeluarkan pisau untuk membelah perut gadis itu. Dia mulai menyuntikkan obat; cairan berwarna-warni ke dalam pembuluh darahnya, dan menjahitnya kembali.

”Nah, sudah selesai ...”

Mata gadis itu kembali membuka.

Tanpa jiwa.

***

“ZOMBIE ALERT! ZOMBIE ALERT!” seorang personel SCP berteriak panik sebelum akhirnya Sadie mematahkan lehernya. Ia segera beralih untuk membunuh pegawai-pegawai lainnya yang tengah lari kocar-kacir.

“Ah, tidak! Jangan zombie lagi!” Grady menyaksikan kekacauan itu dan menyiapkan senjata. Tiba-tiba di kerumunan orang yang berusaha menyelamatkan diri, ia melihat Kate MacTiriss, tengah berjalan kebingungan.

“Kate!” teriak Grady, “Jangan pergi ke arah sana!”

Ketakutan Grady mengejawantah nyata. Sadie dengan langkah terseok-seok menghampiri Kate.

Tepat di detik ketika tangan-tangan patah Sadie hendak mencengkeram gadis itu, Grady segera menerjangnya, menjauhkannya dari bahaya.

“Kate! Kau tak apa-apa?” tanya Grady dengan khawatir.

“Tenanglah, Grady ...” ujar gadis itu dengan tenang, “Aku baik-baik saja.”

Tiba-tiba Dexter muncul dengan alat penyembur api dan segera membakar tubuh Sadie yang telah menjelma menjadi mayat hidup itu.

Dexter sama sekali tak memberi ampun hingga tubuh itu menghitam menjadi arang dan akhirnya runtuh menjadi abu.

“Kau!” Grady segera bangkit dan menghampiri Dexter dengan amarah memuncak, “Kau tadi menggunakan Kate sebagai umpan? Tega-teganya kau!”

“Itu bukan masalah, Grady!” Kate mencoba menenangkan pemuda itu, “Aku yang mengajukan diri. Itu bukan salahnya.”

Dexter hanya tersenyum, “Akuilah. Caraku lebih efektif, Saint.”

“Jika benar, lalu dimana anak-anak lain yang seharusnya menjadi tumbalmu itu?”

***

“Kau harus ikut dengan kami, Amy!”

Gadis itu masih menangis di atas onggokan tubuh SCP 957 yang tak lagi bergerak.

“A ... aku tak punya rumah lagi.”

“Dan mata.” bisik Morgan kesal.

“Demi Tuhan, bisakah kau tidak berisik!” tegur Andrew dengan kesal, “Kita tak bisa meninggalkannya begitu saja di sini.”

“Ia akan menyusahkan kita saja, Andy!” Morgan mengeluh.

“Makhluk yang membunuh orang tuamu ... apakah itu monster yang baru saja mati itu.” tanya Marissa.

Andrew menggeleng, “Tapi itu tidak penting. Prioritasku kini adalah membawa kalian semua keluar dari sini. Setelah itu, baru aku akan kembali dan memburu makhluk itu.”

“Kita sudah bertemu sekaligus dengan dua monster hari ini. Dan dua-duanya berkelahi ... aneh sekali. Aku penasaran, apakah tim satunya juga ‘seberuntung’ kita?” ujar Morgan.

***

“Kita harus pergi dari sini ...” Josh berjalan dengan gugup di antara koleksi SCP, “Dan jangan sentuh satupun dari mereka!”

Malachi terkagum-kagum melihat semua koleksi SCP itu.

“Ini luar biasa.” Perhatiannya tertarik pada sebuah televisi yang tengah menyala menayangkan acara badut. “Bobble The Clown ... sudah lama sekali sejak aku terakhir melihatnya.”

Langkah Josh terhenti, “Kau menyaksikan SCP 993 saat kau masih kecil? Semua anak yang menontonnya kan pasti tumbuh menjadi penderita skizofrenia, bahkan psikopat?”

993

“Nah anak-anak, daging manusia adalah daging terenak dibandingkan daging lainnya. Kau bisa memasaknya menjadi steak atau bahkan memakannya mentah-mentah seperti sushi. Jangan lupa, siksa korbanmu sebelum kalian memakannya ... sebab teriakannya akan menambah nafsu makan kalian hahaha ...”

“Cerita anak-anak yang mengajarkan kanibalisme ... dasar badut gila!” Josh menutup kedua telinganya. Tiba-tiba di depannya terlihat sebuah boneka teddy bear.

Ia tengah berjalan.

“SCP ... ah aku lupa, SCP berapa ya yang bentuknya seperti teddy bear?”

“Ada apa? Apa ada SCP yang lolos?” tanya Malachi, melongok keheranan dari balik punggung Josh.

“Aku lupa kategori makhluk ini ...” kata Josh sambil menghampiri teddy bear itu, “Apakah safe, euclid, atau keter ...”

“Bukannya kau harusnya menjadi ahli SCP atau semacamnya?”

“Aku bukan katalog berjalan!” bantah Josh kesal, “Koleksi SCP ada ribuan. Bahkan banyak yang classified. Contohnya SCP 001, tak ada yang tahu apa itu.”

“Dia tak tampak berbahaya.” komentar Malachi.

Josh mendengus, “Begitu pula toaster yang tadi membunuh Tyler.”

Tiba-tiba terdengar suara tangisan dari boneka beruang kecil itu.

Tangisan mirip bayi.

“Sial!” Josh berjalan mundur, “Aku ingat dia ... Itu SCP 1048-B ...”

1048

“Apa kategorinya?”

Josh menelan ludah, “Keter.”

 

TO BE CONTINUED

4 comments:

  1. Nice story, pas liat SCP-087 jadi ingat gamenya.
    SCP-087 dan SCP-087B adalah salah satu game free yang cukup seram, membuatnya masuk dalam video yang dibuat oleh TATS Top Video dengan judul "Top 85 Freeware Horror Indie Game".

    ReplyDelete
  2. kyaaa! nanggung om chapter 7 nya.. ini blm ada gregettnya..

    ReplyDelete