DAMNATION NIGHT
By: Dave Cahyo
Mizuki, Ken, Yuri, Reina, dan Soichi akhirnya sampai di sebuah ruangan.
“Tem ... tempat apa ini?”
Ruangan itu kini tertutup kabut khas Silent Hill. Ada kain putih dimana-mana.
“A ... aku sepertinya mengenal tempat ini ...” ujar Reina tergagap, “Ini klinik sekolah dimana aku pernah dirawat.”
Tiba-tiba dari balik kabut muncul sesosok suster berwajah menakutkan muncul dan menikam Soichi.
“AAAAAAAAA!!!”
Ketika kabut mulai tersibak, tampak semakin banyak suster berwajah monster mengelilingi mereka.
“Aaaaaak ... aku tahu mereka. Aku pernah memainkannya di Silent Hill!” ujar Ken.
“AAAA!!! MEREKA MEMEGANG PISAU!!!” seru Soichi yang terus berusaha menghindar, namun itu hanya membuatnya semakin sering ditikam makhluk-makhluk itu, “KENAPA SIH DARI TADI AKU TERUS YANG KENA APES???”
“Jangan bergerak! Dia buta dan hanya akan bereaksi jika merasakan gerakan di sekitarnya!” perintah Ken.
Kelima itu segera berhenti bergerak, bahkan menahan napas. Ternyata benar, tubuh suster-suster tak berwajah itu langsung membeku bak patung.
“Ta ... tapi kita tak bisa diam terus di sini ...” bisik Reina, “Kita harus keluar dari ruangan ini ...”
“Dia benar. kalau begitu kita harus menyusun rencana. Pernah lihat acara kuis dangdut-nya Jaja Miharja?” tanya Ken.
“MANA KAMI TAHU??? KITA KAN DI JEPANG!!!” jawab semuanya dengan serempak.
“Begini pokoknya, kalian harus mengikuti gerakanku. Kita bergerak sejenak ke arah pintu keluar, namun kemudian langsung berhenti lagi. Begitu seterusnya sampai kita mencapai pintu keluar!”
“Ba ... baik ...” kata Mizuki, “Kita akan ikuti rencanamu!”
“Oke, aku akan nyalakan musik supaya kalian lebih konsentrasi. Ketika aku mematikan musik, kalian langsung berhenti bergerak, oke?”
Soichi mengangguk. Namun salah satu suster di dekatnya langsung menikamnya, “OKE! OKE LAKUKAN SAJA ASAL AKU BISA SEGERA KELUAR DARI TEMPAT INI!”
***
Akhirnya dengan mengikuti gerakan musik dangdut (silakan bayangkan sendiri), mereka berlima berhasil lolos dari suster-suster menakutkan yang bersenjatakan belati itu. Namun ketika mereka keluar dari pintu, mereka justru menemukan bahaya lain.
Di depan mereka kini ada Richard beserta anak buahnya telah menanti mereka.
“Hahaha, selamat! Selamat!” Richard bertepuk tangan, “Kalian berhasil lolos dari monster-monster kami: Siam, Asphyxia, dan Nurse. Namun kini kalian takkan bisa melarikan diri lagi.
Alessa tersenyum di depan mereka. “Menyerahlah saja, Mizuki. Berikan tubuhmu kepadaku supaya aku bisa menjadi penyihir terhebat hahaha!!!”
“Enak saja!” tantang Mizuki. “Akan kuhancurkan kalian dengan kekuatanku!”
“Apa kau yakin bisa mengatasi kami semua, Mizuki?” ejek Richard. Puluhan murid lainnya muncul di belakangnya. Kini mereka benar-benar kalah jumlah.
“Astaga ...” bisik Ken ketakutan di belakang Mizuki. Gadis itupun menoleh.
“Ada apa?”
“Dia .... dia datang ...”
Tiba-tiba terdengar sirine berbunyi.
“Dia? Dia siapa?” tanya Mizuki, masih tidak mengerti.
Tiba-tiba terdengar suara seretan di depan mereka, di lorong yang ditelan kegelapan. Sesosok makhluk akhirnya muncul menyeret pedangnya yang berukuran raksasa.
Mizuki langsung mengenalinya.
“Pyramid Head!”
Semua murid yang tadi mengepung mereka kini merasa gentar.
“Py ... Pyramid Head sudah muncul? I ... ini terlalu awal ...” Richard pun gemetar ketakutan.
“Ini pasti gara-gara gadis ESP itu menyalakan sirinenya untuk mengawali permainan!”
Tangan-tangan dari belakang segera menjitak kepala Mizuki, “OOOO ... JADI KAMU PELAKUNYA??!”
“HEI! AKU NGGAK SENGAJA!!!”
Tiba-tiba monster berkepala piramida logam itu mengangkat pedangnya dan menebaskannya ke tubuh anak buah Richard. Tubuh mereka tanpa ampun segera terbelah.
“Tidak! Kenapa kau menyerang kami!” seru Richard. Namun pedang Pyramid Head ikut membelahnya hingga menjadi dua.
“Tidaaaak! Ayah!!!” jerit Alessa.
“Ke ... kenapa Pyramid Head justru menyerang anak buah Alessa?” tanya Mizuki, “Bukankah ia seharusnya melindunginya?”
Pyramid Head kini berhadapan langsung dengan Alessa setelah berhasil menghabisi semua anak buahnya.
“Aku tahu! Ia tak mengenali Alessa karena ia memakai tubuh suster merah!” ujar Ken sambil menjentikkan jarinya.
“Hentikan, Pyramid Head! Ini aku!!!” jerit Alessa. Namun terlambat. Makhluk itu segera menancapkan pedangnya ke tubuh gadis itu hingga ia memuntahkan darah dan akhirnya ambruk tak bernyawa.
“Ba ... bagaimana cara kita mengalahkan Pyramid Head?” tanya Mizuki dengan panik.
“Tak bisa!” jawab Ken ketika makhluk itu semakin mendekati mereka, “Kau takkan pernah bisa mengalahkan Pyramid Head!!!”
TO BE CONTINUED
Bro mnrut gw d chapter ini lbih manteb lgi klw d ksih music dangdut haha
ReplyDeleteYaampun bawa - bawa jaja miharja segala=)))
ReplyDeleteGk bisa bayangin gmn bentuknya pas ngelewatin suster pake musik dangdut =))) ����
ReplyDeleteOMG..ini sebenarnya cerita apa sih bangggg...horror apa komedi....*ngejambak rambut karna frustasi *
ReplyDelete*Bayangin* bag dep yang joget dangdut π
ReplyDeletecara menghadapi pyramid head, setelin aja lagu dangdut trus panggil Jaja Miharja biar ikut jogedan ampe lemes tuh pyramid head
ReplyDeleteBAH...... cerita horor macam apa ini !!!!