CARNIVAL OF FEAR
Karakter: Andrew Garnet – Morgan Wolf – Marissa Salazar – Malachi Cooper – Tyler Mason – Sadie Franco – Joshua Moore – Faye Griffin – Amelia Newton – Dr. Clef – Dexter Barclay – Kate MacTiriss – Grady “The Saint” Blackburn – Hunter
***
Andrew, Morgan, dan Marissa berjalan melintasi tanah tandus itu dan tiba di tempat yang tak mereka sangka. Sebuah taman hiburan yang terbengkalai.
“Apa ini masih berada di kompleks SCP?”
“Kurasa begitu. Kalung kita tak berbunyi kan saat kita sampai di sini.”
Tak ada yang berbeda dengan taman hiburan “normal” pada umumnya. Ada kincir ria, roller coaster, tenda sirkus, rumah hantu, komidi putar, dan berbagai stand makanan.
Andrew menatap sebuah gerai taman hiburan itu, “Dunia Cermin” dengan cermin-cermin berukuran besar berjejer. Ketika pemuda itu melewatinya, ia melihat tubuhnya terpantul, namun dalam bentuk termutilasi dengan berlumuran darah dan berbagai kengerian lain yang akan tampak apabila ia mengalami kematian yang mengerikan.
“Yup,” kata Andrew begitu melihat pantulan dirinya, “Ini masih dalam kompleks SCP.”
“Astaga, tempat apa ini?” Marissa bergidik ngeri melihat stand makanan di sepanjang jalan yang mereka lalui menjual berbagai makanan aneh yang tak mengundang selera, beberapa masih dimasak di atas panggangan. “A ... apa mereka menjual daging manusia?”
“Menurutmu?” tanya Morgan balik dengan sinis. Ia mendongak ke atas dan melihat kereta roller coaster tengah mengangkut penumpang dan jungkir balik meluncur melewati loop-loop. Namun anehnya sama sekali tak terdengar suara teriakan para penumpangnya. Gadis itu kemudian menyadari sebabnya.
Para penumpangnya sama sekali tak memiliki kepala.
Andrew melihat sebuah komidi putar yang sekilas tampak biasa, meriah dengan lampu-lampu dan musik lullaby. Namun begitu diperhatikan, tunggangan yang naik turun dan bergerak berputar bukanlah kuda, melainkan manusia. Dan yang menunggangi mereka justru kuda yang duduk tegak.
Marissa berhenti dan menatap rumah hantu di dekatnya. Rumah hantu itu didekor dengan tangan raksasa dan pintunya dibuat seperti mulut monster raksasa. Ia mendengar jeritan dan teriakan dari dalamnya.
“Aku benar-benar tak ingin tahu apa isi Rumah Hantu itu.” bisik gadis itu.
Mereka terus berjalan dan menemukan kengerian-kengerian lain, seperti wahana “tornado” yang justru melemparkan para penumpangnya ketika benda itu berputar jungkir balik dan wahana “Love Tunnel” yang menampakkan sepasang kekasih yang tubuhnya dijahit menjadi satu ketika mereka keluar dari terowongan tersebut. Mereka juga merinding ketika melihat seseorang memakai kostum boneka raksasa berlumuran darah melambai pada mereka.
Marissa menoleh dan menyadari sebuah keanehan.
“Lho ... rumah hantu ini ...”
“Ada apa, Marissa?”
“Rumah hantu ini sepertinya tadi sudah kita lewati di sebelah sana. Kenapa bisa ada di belakang kita lagi?”
“Apa kita tersesat dan hanya berjalan berputar-putar.”
“Kurasa tidak.”
Mata Marissa membelalak ketika menyadari Rumah Hantu itu perlahan bergerak ke arah mereka. Kedua tangannya raksasanya bergerak dan menyeret rumah itu mendekati mereka. Tak hanya itu, Marissa sadar bahwa mulut monster itu membuka dan menutup.
Keseluruhan rumah hantu itu adalah monster raksasa.
“Ba ... bangunan itu mengejar kita!”
Mereka segera berlari. Di depan, mereka melihat sepasukan berseragam SCP mengenakan masker dan memanggul senapan.
“Tolong kami!” teriak Andrew, “Tolong!!!”
Namun di luar dugaan, bukannya menembaki rumah hantu itu, mereka justru memberondong para ketiga remaja itu dengan peluru. Andrew, Morgan, dan Marissa segera berlindung. Mata Andrew membelalak begitu menyadari di depan mereka tergeletak jenazah seseorang yang mereka kenal.
Amy dengan luka tembakan di sekujur tubuhnya.
“Mereka membunuhnya!” Andrew mulai menangis, “Ia bahkan tak bisa melihat dan mereka membunuhnya!!!”
“Andy, tenanglah!” Marissa mencoba menenangkannya dengan memegang bahu Andrew yang gemetaran karena marah.
Tiba-tiba mereka melihat makhluk menyerupai rumah hantu itu mendekat dan mulai memangsa para prajurit itu. Mereka tak berdaya menghadapinya, sebab tembakan mereka tak berarti apa-apa bagi monster itu.
Andrew dengan dingin menatapnya. Bahkan jika ia bisa, ia tak berniat untuk menyelamatkan para tentara itu.
“Cepat, kita harus pergi dari tempat terkutuk ini!” seru Morgan.
***
Para personel keamanan SCP itu terbangun di dalam rumah hantu. Mereka heran begitu menyadari mereka masih dalam keadaan hidup. Tubuh mereka terikat di dinding rumah hantu itu, ah bukan ...
Tubuh mereka menyatu dengan gedung itu, seolah-olah disemen di dalamnya.
Mereka mencoba bergerak, namun tak bisa.
Tiba-tiba mereka menyadari arti kengerian rumah hantu itu.
Bukan mereka yang menakut-nakuti siapapun yang masuk.
Namun mereka-lah yang akan ditakut-takuti.
Satu-persatu makhluk paling mengerikan yang pernah mereka lihat masuk ke lorong tempat mereka disekap.
Mereka lewat dan menyiksa mereka, baik secara fisik maupun psikis.
Dan teriakan merekapun tenggelam dalam rumah hantu yang hidup itu.
***
“Mereka telah keluar dari area SCP 823; taman bermain setan.” ujar Dexter tak percaya. “Beruntung sekali mereka. Kita justru kehilangan beberapa orang di sana.”
“Apa mereka menuju ke sini?” tanya Dr. Clef sambil mengamati kamera keamanan, “Mereka pasti menyadari fungsi kalung itu. Dimana SCP 682?”
“Makhluk reptil itu? Bawahanku berusaha menggiringnya kembali ke kandang.”
“Batalkan rencana itu,” Dr. Clef tersenyum, “Giring makhluk itu supaya bertemu dengan D-class personnel yang tersisa. Biar ia yang membereskan mereka semua.”
TO BE CONTINUED
Pendek amat bang ?
ReplyDeletePostinganmu selalu ku tunggu kok bang Dave, tenang aja, take your time
ReplyDeleteBang
ReplyDeleteSumpah ni cerbung keren nya pake berkali kali bang
Sukses terus ya bang dave
SCP-628 kan harusnya udh exterminated(udh d musnahin)
ReplyDeleteCeritanya hampir mirip film 5th waves , lma lma
ReplyDelete5th waves paan ya?
Deleteitu film baru gan , hampir mirip ,ama SCP, di tonton aja, biar gak penasaran
ReplyDeleteceritanya bang dep emang the best of the best lah, selalu membuatku tegang dan deg degan
ReplyDeletebang kapan update lagi?
ReplyDeleteUpdate atuh bang :'
ReplyDelete