“D” STANDS FOR DISPOSABLE
Karakter: Andrew Garnet – Morgan Wolf – Marissa Salazar – Malachi Cooper – Tyler Mason – Sadie Franco – Joshua Moore – Faye Griffin – Dexter Barclay – Kate MacTiriss – Grady “The Saint” Blackburn – Hunter
***
“SCP?” tanya Tyler, “Apa itu?”
“Kau serius tak pernah mendengarnya?” seru Joshua tak percaya, “Kau kan bebas lebih lama ketimbang kami?”
“Tapi aku bukan geek antisiosial yang tinggal di depan komputer seumur hidupnya.” balas Tyler, “Sekarang jelaskan apa itu SCP!”
“Itu adalah sebuah organisasi ...” tiba-tiba Andrew yang menjawab. Semua mata tertuju ke arahnya. “Apa kalian pernah menonton X-Files? Atau organisasi di film ‘Librarian’ dan ‘Hellboy’ ... mirip seperti itu”
“Ya, dia benar!” dukung Joshua, “SCP adalah organisasi yang mengumpulkan artefak aneh.”
“Aneh?” tanya Morgan, “Apa yang kau maksud dengan ’aneh’?”
“Supranatural.” bisik Faye, pemuda Indian itu dengan perlahan, namun cukup keras untuk didengar semua orang, “Aku bisa merasakannya di udara. Mereka ada dimana-mana.”
“Siapa ‘mereka’?” tanya Tyler tak sabaran, “Ah, persetan dengan semua ini!”
Tyler dengan geram menunjuk pada kamera CCTV yang ada di atas mereka. Andrew baru tersadar bahwa selama ini mereka tengah diawasi.
“LEPASKAN KAMI DARI SINI! ATAU AKU BERSUMPAH AYAHKU AKAN MENJEBLOSKAN KALIAN SEMUA KE PENJARA!”
Tiba-tiba terdengar suara dentingan dan pintu penjara mereka tiba-tiba terbuka.
“Wah,” Tyler sendiri merasa keheranan, “Tak kusangka akan berhasil secepat itu.”
Tyler melangkah keluar dari ruang sel mereka, namun dengan cepat Joshua berusaha menghentikannya.
“Apa kau gila? Kau tak boleh keluar!”
“Memangnya kenapa? Aku tak melihat ada penjaga di sini.”
“Bukan orang-orang SCP yang kutakuti,” Joshua menoleh ke kanan dan ke kiri dengan waspada, “Namun apa yang mereka simpan ...”
“Ah, persetan ...” Tyler mendorong Joshua ke samping. “Aku mau keluar dari sini. Siapa mau ikut?”
“Kurasa tak ada salahnya berjalan-jalan sebentar,” Sadie mengikuti langkah pemuda angkuh itu, “Toh mereka sudah berbaik hati melepaskan kita.”
Malachi mengikuti Tyler dan Sadie. Sementara itu Joshua masih terlihat ketakutan.
Morgan hendak melangkah mengikuti mereka, namun Andrew menahannya.
“Apa kau tak lihat, semua ini jebakan. Mereka ingin kita keluar.”
Morgan menatapnya, “Lalu apa yang akan kita lakukan? Membuat api unggun dan menginap di sel ini? Paling tidak kita bisa mencari jalan keluar dari tempat ini.”
Andrew melepaskan gadis itu begitu tahu ia tak dapat menahannya. Ia menoleh ke belakang dan melihat wajah Marissa yang ketakutan.
“Ku ... kurasa kita sebaiknya menunggu di sini ...” ujar gadis itu, “Kita tak tahu apa yang ada di luar sana.”
“Di ... dia benar,” kata Joshua dengan terbata-bata, “Kita lebih aman di sel ini ...”
“Terlambat,” potong Faye yang akhirnya berdiri dan bergerak menuju ke pintu keluar, “Mereka sudah di sini.”
Joshua semakin bergidik ngeri. Melihat semakin sedikit yang tersisa di dalam sel, ia akhirnya menyusul remaja lainnya keluar.
Andrew tak punya pilihan lain. Ia mengulurkan tangannya ke arah Marissa.
“Jangan khawatir, aku akan menjagamu ...”
***
Grady Blackburn, personel senior dengan level clearance 5, tertinggi di SCP, menunjukkan kartu masuknya kepada para penjaga. Level tersebut membuatnya mendapatkan akses kemanapun, bahkan ke koleksi SCP paling rahasia sekalipun.
“Selamat malam, Kolonel.” salah satu penjaga memberi hormat, “Tuan Barclay dan Nona MacTiriss sudah menunggu Anda.”
“Kate?” tanya Grady dalam hati, “Dia di sini juga?”
Grady melewati pos penjagaan, namun pria berseragam militer yang ada di belakangnya ditahan.
“Maaf, Anda tak diperbolehkan masuk.” sang penjaga segera menodongkan senjatanya.
“Tak apa, dia bersamaku. Ayolah masuk, Hunter.”
Penjaga itu dengan enggan membiarkan personil militer itu masuk mengikuti Kolonel Grady.
“Selamat datang di fasilitas SCP yang terbaru, Hunter.” kata Grady kepada pemuda yang bersamanya.
“Ada apa kita dipanggil ke sini? Apakah ada ‘containment breach’ lagi?” Hunter enggan mengingat kembali bayangan tentang mayat-mayat yang bergelimpangan (belum lagi yang bangkit kembali) ketika ‘containment breach’ terakhir terjadi. Adalah tugas mereka, para anggota Mobile Task Force, untuk menjaga keamanan fasilitas SCP dan menangani tiap kebocoran yang ada, termasuk memusnahkan entitas SCP yang lolos berserta semua saksi matanya.
“Kurasa bukan.” jawab Grady, “Kata mereka akan ada ‘tes’ untuk menguji coba sistem keamanan baru di sini. Kita di sini hanya untuk berjaga-jaga.”
“Menggunakan D-class personnel lagi?”
Dengan enggan Grady mengangguk.
Walaupun memiliki kemampuan bertempur yang hebat, namun Grady adalah satu di antara sedikit petinggi SCP yang masih memiliki hati nurani. Ia tak pernah mau membunuh warga sipil, bahkan melakukan apapun untuk melindungi mereka. Berbeda dengan kebanyakan personel SCP yang tak ragu mengorbankan siapapun agar rahasia mereka tetap terjaga. Karena itu tak salah Grady Blackburn dijuluki sebagai “The Saint”.
Penggunaan para D-class personel untuk melakukan tes terhadap makhluk-makhluk berkategori “keter” (atau yang lebih parah lagi, objek SCP yang belum dilabeli secara pasti) sejak dulu menjadi kontroversi. Banyak yang beranggapan, karena para D-class personnel berasal dari tahanan yang menunggu hukuman mati, mereka layak untuk “dibuang” dan kematian mereka (yang memang sering terjadi pada D-class personnel) bisa diamini. Nurani Grady sendiri terkoyak akan pilihan mendukung penggunaan para D-class personnel ini atau tidak. Ia berpikir, di balik itu semua, mereka masihlah manusia yang memiliki keluarga.
Pintu keamanan berikutnya membuka ketika Grady menggesekkan kartunya. Terlihat seorang pria yang amat dikenalnya, sekaligus dibencinya.
“Selamat datang, Saint Grady.” Pria itu tersenyum mengejek. Wajahnya tak pernah berubah sedikitpun. Grady masih ingat baik ketika pria itu datang ke sini dengan pasungan di tangan dan kakinya; ketika ia datang sebagai D-class personnel.
“Dexter Barclay,” Grady memaksakan diri tersenyum, “Sudah lama sekali sejak kita terakhir berjumpa.”
“Mungkin itu karena kau terus menghindariku.” Dexter memalingkan wajahnya dan menghadap kembali ke layar raksasa yang terhidang di depannya.
Grady tak pernah menyukai pria itu. Ia adalah anggota D-class personnel yang setuju ikut ke dalam misi membasmi salah satu makhluk SCP yang lolos dengan imbalan pencabutan hukuman mati yang diterimanya. Dan hebatnya, ia berhasil. Bahkan ia satu-satunya personel yang bertahan hidup dalam peristiwa itu. Semenjak itu, ia dianggap pahlawan dan menerima jabatan penting di organisasi itu.
Perhatian Grady kemudian teralihkan dengan wanita cantik yang berada di samping Dexter.
“Kate?” tanpa sadar wajah Grady memerah melihat wanita itu, “Kau ada di sini juga?”
Wanita yang dipanggil Kate itu mengangguk. “Dr. Clef memindahkanku ke sini. Fasilitas baru ini membutuhkan banyak personel berpengalaman. Kami beruntung memilikimu di sini, Grady.”
Kate MacTiriss saat itu memakai jas laboratorium berwarna putih sambil membawa buku catatan. Grady mengenalnya sebagai ilmuwan yang bekerja di laboratorium SCP. Wanita yang pemberani, pikirnya. Walaupun ia sudah melihat banyak koleksi SCP yang mengerikan, namun ia tetap tak menunjukkan sikap gentar maupun takut.
“Tak apa kan aku membawa Hunter ke sini? Ia prajurit kepercayaanku.” kata Grady sambil memperkenalkan pemuda itu pada mereka berdua.
“Tentu, kau bisa melakukan apapun di sini, Saint. Namun yang terpenting, lakukan tugasmu di sini dengan baik.” Dexter berkata sambil tak mengalihkan matanya dari layar LCD.
“Yakni?” tanya Grady. Ia sendiri tak yakin apa alasannya diundang ke tempat ini. Kerahasiaan misi adalah hal yang sangat lazim di SCP.
“Mengawasi uji coba kita pada para D-class personnel yang baru ini.”
“Itu mereka?” mata Grady membelalak melihat wajah-wajah yang keluar dari dalam sel. Wajah mereka beserta catatan kriminal mereka terpampang jelas di layar, “Mereka masih anak-anak!”
“Remaja lebih tepatnya,” koreksi Dexter, “Dengan catatan kriminal yang panjang.”
“Tapi ...”
Dexter kemudian menoleh kepada pria itu, masih dengan tatapan sosiopatnya.
“Jangan khawatir. Sama seperti aku, mereka semua pantas berada di sini.”
***
Andrew terkejut melihat mereka semua berhenti di tengah jalan.
“Ada apa?” tanyanya. Marissa yang ada di belakangnya juga sama bingungnya.
Tyler membalikkan tubuhnya, “Lewat mana?”
Andrew baru saja menyadari ada percabangan di depan mereka.
“Kanan atau kiri? Bagaimana menurutmu?” Sadie bertanya pada Tyler.
“Ah, aku tak peduli. Jalan mana saja tak masalah bagiku.” Tyler secara acak berjalan ke lorong yang ada di sebelah kanan. Sadie tanpa ragu mengikuti langkahnya.
“Hei, tunggu ...” panggil Andrew, “Apa kalian yakin mau ke sana?”
Namun dua orang itu sama sekali tak berbalik.
“Tunggu aku!” Joshua dengan tergopoh-gopoh mengikuti mereka berdua.
Andrew berbalik begitu mendengar suara langkah ke arah lorong yang ada di sebelah kiri. Ia melihat Morgan telah berjalan ke arah lorong yang satunya.
“Tunggu, Morgan! Kita tak tahu apa yang ada di sana.”
Namun gadis itu tak mempedulikannya dan terus berjalan.
“Ah, sial!” ujar Andrew pada dirinya sendiri, “Tak baik jika kita berpencar begini!”
Faye yang sempat ragu melihat percabangan itu melepaskan bulu yang ada di ikat kepalanya dan menjatuhkannya. Ia mengamati kemana arah bulu itu terjatuh dan arah yang ditunjukkannya.
“Aku akan mengikuti takdirku.” Faye memutuskan berjalan ke arah yang ditunjukkan bulu itu, “Kusarankan kalian juga begitu.”
Pemuda Indian itu mengikuti Tyler, Sadie, dan Joshua.
“Bagaimana ini?” tanya Marissa.
“Kita tak bisa membiarkan gadis itu sendirian.” Andrew akhirnya memutuskan berjalan ke arah kiri. Marissa pun mengikutinya.
Malachi melihat kedua percabangan itu, kemudian dengan langkah enteng berjalan ke arah kiri.
“Kita lihat saja apa yang menanti kita di sana.” bisiknya sambil tersenyum.
TO BE CONTINUED
Nice bang... :)
ReplyDeleteD tnggu lanjutannya... *_*
Btw, promo dikit boleh bang???
Buat yg suka baca, posting, ato buat riddle ato creepy pasta, bisa ikut gabung kita2 d kripikpasta.com...
D tnggu loh... :)
(Klo g boleh promo abaikan aj bang, gpp ane iklas... :) )
~ Venzuu ~
Bang karakter dexter barclay nya maksain, masa tiba tiba naek jabatan, btw di tunggu kelanjutannya
ReplyDelete