“Apa?” Sam terperangah mendengar pengakuan itu.
“I ... itu tidak mungkin!” seru Ashley tak percaya, “Dawn dan Hope tersesat dan terjatuh ke jurang! Semua orang tahu itu!”
“Tidak! Mereka jatuh karenaku!” balas Matt, “Saat itu aku mabuk ... aku selalu menyukai Dawn, namun ia selalu menolakku. Kemudian malam itu, ketika Dawn berlari ke luar, tak ada yang menyadari bahwa aku mengejarnya melalui pintu belakang ... berniat mengungkapkan semua perasaanku ...”
Matt terhenti sebentar. Lidahnya serasa tercekat, namun ia meneruskan pengakuannya. “Namun begitu melihatku, ia justru berlari ketakutan. Mereka berlari ... aku mengejar mereka, berusaha menjelaskannya ... namun mereka terus berlari dan akhirnya terperosok ke jurang ...”
Matt seakan tak kuasa meneruskan ceritanya, namun kebenaran tentang malam itu terus mengalir.
“Aku berusaha menolong mereka ... sungguh ... namun di tepi jurang itu, aku menatap mata Dawn ... mata yang selalu mengabaikanku ... mata yang selalu mengacuhkanku ... dan aku marah ...marah sekali padanya! Dan aku, saat itu aku benar-benar mabuk dan tak sadar apa yang kulakukan ...”
“Matt, kumohon hentikan!” Ashley mulai menangis.
“ ... aku menginjak tangan mereka ... tangan yang mereka gunakan untuk berpegangan agar tidak terjatuh ... aku membiarkan mereka atuh ke jurang, Ash ... ke dalam kematian mereka ... aku benar-benar me ...”
“Sudah cukup!” teriak suara itu, marah tanpa kendali. Iapun menyalakan gergaji mesin itu dan menghujamkannya ke tubuh Matt, memotong perutnya menjadi dua.
“Tidak! TIDAAAAAAK!!!” jeritan Ashley mengakhiri rekaman itu.
Seorang pemuda memegang remote, mematikan tayangan itu.
“Kenapa?” jerit Sam, “Mengapa kau melakukan semua ini?”
“Kau sudah tahu alasannya kan Sam?” suara itu menjawabnya, suara yang sama seperti yang tadi terdengar di rekaman itu.
“Kenapa Josh, kenapa?!”
***
Kau sudah dengar kan! Dia yang membunuh kedua saudariku! Dia!” serunya.
“Tapi yang lain, mengapa kau membunuh yang lain juga?” di benak Sam terbayang kematian Jessica dan Lyra di depan matanya, Jauh di lubuk hatinya, gadis itu juga tahu bahwa yang lainnya juga kemungkinan besar tak selamat.“Mereka sama sekali tak bersalah!”
“Aku juga tak ingin membunuh mereka ... tapi ia memaksaku!”
“Dia? Dia siapa?” tanya Sam keheranan.
“Dia mengatakan mereka semua bersekongkol ... bahwa kejadian malam itu sudah direncanakan! Katanya, mereka semua harus mati ... mereka semua layak mati untuk membayar apa yang mereka lakukan malam itu!” Josh terisak.
Sam segera sadar bahwa mustahil pemuda itu menjadi dalang semua pembunuhan ini. Sam mengenal pemuda itu dengan baik. Ia terlalu rapuh untuk melakukan hal sekejam itu.
“Aku sudah berusaha menghentikannya! Aku sudah memohon agar kau diampuni, Sam! Karena aku tahu kau berbeda dengan yang lainnya ...namun ia terus ... AAAAARGH!!!”
Teriakan Josh menggema di gua itu. Tubuhnya limbung dan ambruk. Sam kemudian sadar, seorang pemuda telah menusuknya dari belakang.
Mike.
“Mike, kau masih hidup!” jerit Sam tak percaya.
“Well, well, well, ada siapa ini.” Mike mengacungkan senjatanya, sebuah pengorek kayu bakar perapian yang tajam, “Sudah kubilang kan badut pengecut inilah pembunuhnya.”
“Mike, hentikan! Ada pembunuh yang lain! Pria bertubuh besar itu ...”
“Ah, masa sih kau masih percaya bualannya? Dia adalah bocah gila yang keluar dari rumah sakit jiwa terlalu awal karena kekayaan keluarganya ...”
“Tidak, Mike!” bantah Sam, “Sosok yang membunuh Jessica di depan mataku, itu jelas bukan dia! Josh takkan punya kekuatan sebesar itu. Dia ... dia seperti binatang ... amat kuat!”
“Jadi kau ingin mengatakan big foot pelakunya? Ah, lama-lama kau sama gilanya dengan bocah manja ini!” Mike mengarahkan senjatanya lagi ke tubuh Josh yang tak sadarkan diri, “Sebaiknya kuakhiri saja semua di sini. Rasakan pembalasanku atas kematian yang lain!”
“Tidak, Mike!” jerit Sam ngeri, “Jangan!”
Namun sebelum Mike sempat menghujamkan senjata tajam itu ke tubuh Josh, tiba-tiba sesosok bertubuh besar muncul di belakangnya dan menghantam kepalanya. Mike pun jatuh tak sadarkan diri.
“Ka ... kau ...”
Yang Sam takutkan benar. Ada dua pembunuh.
Dan ia kini berhadapan dengannya.
***
“Siapa kau?” jerit Sam sambil menangis, “Kenapa kau melakukan ini semua?”
Mata Sam tiba-tiba membelalak.Ia menyadari sesuatu.
“Victor Milgram!” serunya, “Kau pemburu itu kan?” hanya pria mengerikan itu yang terlintas di kepala Sam. Hanya dia-lah satu-satunya tersangka yang tersisa setelah semua temannya terbunuh.
Sam justru mendengar suara kekehan di balik topeng itu.
“Apa kau tak mengenaliku, Sam?”
Sam tercengang mendengar suara itu. Sudah setahun Sam tak pernah mendengarnya, terkecuali saat ia bermimpi buruk mengenai kejadian malam itu. Sudah setahun berlalu, namun Sam masih mengenali dengan baik siapa pemilik suara itu.
Namun itu tak masuk akal. Sama sekali tak masuk diakal.
“Mus ... mustahil ...” jeritnya, “kau sudah mati!”
“Kau sudah mati, Dawn!”
***
Dawn melepas topengnya dan menampakkan wajahnya yang penuh luka dengan sorot mata membeku bak es.
Tidak, pikir Sam. Ia memiliki suara dan wajah Dawn, namun ia jelas bukanlah sahabatnya yang dulu ia kenal. Sahabatnya adalah gadis manis pemalu, bukan pembunuh berdarah dingin seperti ini.
“Apa kau juga menginginkan agar aku mati? Kau sama seperti yang lainnya, Sam! Aku pikir kau berbeda, namun nyatanya kau sama saja!”
“Tidak ...” Sam menggeleng, “Namun kami semua berpikir kau sudah meninggal saat itu. Apa yang terjadi? Kenapa ... kenapa kau berubah menjadi ...”
“Monster?” tanyanya dengan nada tajam, “Itukan yang akan kau katakan? Ya, aku memang berubah menjadi monster, Sam. Namun kalianlah monster yang sesungguhnya! Di balik wajah rupawan dan penampilan fisik kalian yang sempurna, kalian semua adalah iblis! Dan kalian-lah yang menjadikanku seperti ini!”
“Me ... mereka tak bermaksud begitu, Dawn!” pinta Sam dengan lelehan air mata menetes di pipinya, “Aku tahu apa yang mereka perbuat padamu kejam ... namun kami sangat menyesali apa yang terjadi malam itu! Jika kami bisa mengulangi kembali malam itu ...”
“TIDAK!” jerit Dawn memecah malam, “AKU TAK INGIN MENGULANG APA YANG TERJADI MALAM ITU!”
Dengan napas tersengal penuh kemarahan, ia melanjutkan, “Apa kau tahu apa yang terjadi malam itu, Sam? Apa yang terjadi malam itu hingga aku berubah menjadi monster semacam ini?!”
Sam hanya bisa terdiam.
“Malam itu, saat kami terjatuh ke dalam jurang karena perbuatan Matt, aku tersadar bahwa walaupun terluka parah, aku masih hidup. Akupun menyadari apa alasannya. Aku jatuh di atas tubuh saudariku. Bahkan setelah meninggalpun, Hope selalu ingin melindungiku. Tubuhnya melindungiku dari hantaman yang bisa membunuhku di dasar jurang.”
“Namun di sanalah neraka itu dimulai. Aku berteriak minta tolong semalaman, namun tak ada seorangpun yang mendengarnya. Tak ada! Malam berakhir dan fajarpun menjelang, namun tetap tak ada yang mendengar teriakan minta tolongku. Hari berganti hari, namun tak ada yang datang. Aku tak punya kekuatan untuk bergerak sedikitpun dan ditelan keputusasaan, aku menanti ajal di dasar jurang itu. Kau tahu apa yang kulakukan selanjutnya, Sam? Apa kau tahu?!”
Sam masih menangis, membayangkan penderitaan Dawn di dasar jurang itu.
“Aku kelaparan ... benar-benar kelaparan. Aku ingin menyerah, namun aku terus mencoba untuk hidup. Kau tahu apa yang menyulut semangatku? Kalian! Aku bersumpah aku harus keluar dari tempat terkutuk itu untuk membalas dendam pada kalian! Membalaskan kematian Hope! Membalaskan semua perlakuan kalian padaku! Dan kau tahu apa yang akhirnya kulakukan?!”
Sam tak mampu membayangkannya, namun ia sudah tahu jawabannya.
“Aku terpaksa memakan jenazah saudariku! Aku memakannya mentah-mentah! Semua itu kulakukan untuk bertahan hidup!”
Sam menutup telinganya sembari menjerit. Ia berharap tak perlu mendengar kelanjutan cerita yang amat mengerikan itu.
“Ada dongeng Indian kuno yang menyebutkan bahwa seseorang akan dikutuk menjadi iblis bernama wendigo ketika mereka mencicipi daging manusia dan menjadi kanibal. Itulah yang terjadi padaku. Entah mengapa, aku menikmati sekali daging itu ... daging manusia memberikanku kekuatan ... bahkan tubuhku berubah perlahan-lahan ... dan setelah jenazah Dawn kuhabiskan, akupun mulai memanjat naik untuk mencari makanan lain. Dan aku beruntung menemukan rumah Victor Milgram, si pembunuh berantai itu ...”
“Pembunuh berantai?” Sam terkesiap.
“Ya. Aku membunuhnya dan sangat kebetulan, ada banyak makanan di basement-nya. Daging-daging yang dicincangnya ... itu memberikanku makanan segar selama beberapa bulan. Kemudian Josh datang ...”
“Josh?”
“Ya, dia menemukanku. Awalnya dia ketakutan dengan perubahan fisikku. Tapi baginya, aku tetaplah adiknya. Ketika ia mengajakku kembali, aku menolak. Takkan ada yang mau menerimaku dengan kondisiku seperti ini, bahkan orang tuaku sendiri. Maka Josh setuju untuk merahasiakannya. Bahkan ia sangat baik padaku dengan memberikanku persediaan makanan dari kamar mayat ...”
Sam hampir muntah mendengarnya.
“Namun dendam tetaplah dendam ... harus dibalaskan! Oleh karena itu, kami mulai menyusun rencana dengan mengundang kalian semua ke sini.”
“Josh ... Kau memanfaatkannya!” kesedihan dan kengerian yang tadi dirasakan Sam kini berubah menjadi kemarahan, “Dia bukanlah pembunuh ... Kau-lah yang menjadikannya seperti itu!”
Dawn tertawa, “Kau memang sangat mengerti dirinya. Bahkan dia sejak awal tak mau melibatkanmu. Namun, pesta tanpamu takkan seru, bukan?”
Dia mengacungkan kapak yang ia pegang, “DAN SEKARANG SAATNYA UNTUK MENGAKHIRI PESTA INI!”
“TIDAK! JANGAN!” tiba-tiba seorang pemuda menerkam Dawn dari belakang dan berusaha menjatuhkan kapak itu.
“Josh!” jerit Sam, “Kau masih hidup!”
“Lepaskan dia, Dawn!” pinta pemuda itu, “Sam tak ada hubungannya dengan semua ini!”
“Justru dia-lah yang pantas mendapatkan hukuman paling berat, Josh!” bantah Dawn yang masih bergelut dengan kakaknya itu, “Dia-lah yang menyebabkanmu depresi! Karena dia meninggalkanmu begitu saja!”
Sam tersentak mendengarnya. Apakah sepenting itu dia bagi kehidupan Josh hingga kepergiannya membuat pemuda itu terpuruk?
Benarkan semua kesedihan itu bukan karena kematian Dawn dan Hope, namun karena kepergiannya?
Apa ini berarti selama ini Josh menyimpan perasaan yang sama terhadapnya?
“Hentikan semua ini! Aku telah menuruti semua keinginanmu! Sekarang akhiri saja permainan ini!”
“TAKKAN PERNAH! TIDAK SEBELUM IA MATI!”
Dawn berusaha mengayunkan kapaknya. Sam melihat percikan api ketika kapak itu bersentuhan dengan dinding gua.
“Sam, lari! Gua ini dulunya pertambangan batu bara! Cepat lari!”
“Ti ... tidak ...” isak Sam, “Aku takkan meninggalkanmu, Josh ...”
‘CEPAT PERGI! AKU TAK BISA MENAHANNYA SELAMANYA!”
Dengan berurai air mata, Sam berlari meninggalkan mereka. Sementara itu, dari belakang ia masih mendengar suara pertarungan Josh dan adiknya.
Sam berlari sekuat tenaga untuk menemukan ujung gua. Ketika ia akhirnya mencapai mulut gua itu dan merasakan udara dingin dari luar menyergap badannya, tiba-tiba terdengar suara ledakan dari dalam gue. Ledakan itu menghempaskan tubuhnya hingga lagi-lagi ia pingsan di atas tumpukan salju.
Malam itu pun berakhir ketika fajar akhirnya menjelang, meninggalkan tubuh Sam dengan cahaya matahari yang perlahan menyingsing.
BERSAMBUNG
tolong selamatkan josh kalau bisa, cuma penulis yang bisa menyelamatkannya (?) #TeamJoshSam (?)
ReplyDeletesampe disini sebenernya cerita bisa tamat, dan ssm hidup tenang selamanya. Tapi kalau ada lanjutannya pasti di nantikan. ditunggu lanjutannya ya mas
ReplyDeleteApa cuma gue yang saoah fokus sama "Gua ini dulunya pertambangan batu bara!" Gua ( aku )
ReplyDeletegua1 n liang (lubang) besar (pada kaki gunung dan sebagainya);
Delete-- garba 1 kantong peranakan; kandung; rahim; 2 ki wadah
http://kbbi.web.id/gua
mungkin maksud yessie penulisan yg benar adalah "GOA"
ReplyDeletemenurut KBBI penulisan yg benar adalah "gua". Goa itu nama kota di India
DeleteBiar gue tebak endingnya...josh sekarang lagi berbaring tiduran sambil baca mengakubackpecker mueheheheh...
ReplyDeletebang dave, boleh request cerita, ada cerita bagus direddit nosleep, judulnya "correspondence",,
ReplyDeletewah kirim dong ke gue. kan situs reddit diblokir
DeleteIni jadi nya beda ya sama Until Dawn yg asli? Harusnya Dawn sama Hope itu jatuh ke jurang gara" Wendigo, Dawn sama Hope gk ada malah namanya Hannah dan Beth jadi ini ceritanya sama apa kagak yg di PS4?
ReplyDelete