Dr. Hill akhirnya menutup bukunya setelah mencatat kesimpulannya. Psikiater itupun bangkit berdiri dari atas kursi dan berjalan menuju ke jendela kaca dua arah yang terletak depan pintu, seolah memberi isyarat pada orang di baliknya.
“Tunggu, jangan tinggalkan aku di sini!” serunya, “Lepaskan aku dari rumah sakit jiwa ini! Kumohon, Sir!”
Namun itu tak menghentikan langkah Dr. Hill. Ia membuka pintu kemudian menutupnya, tak memberi kesempatan baginya.
“Tunggu!!!!” serunya, “Aku sudah menceritakan semua yang kutahu!”
Ia menatap pantulan bayangannya di depan cermin. Matanya membelalak melihat wajahnya yang terbakar, rusak hampir tak bia dikenali lagi.